Sejumlah warga mengenakan masker saat berada di Stasiun KA Manggarai, Jakarta, Kamis (24/8/2023). An tara Foto/Aditya Pradana Putra
JAKARTA - Peneliti mikrobiologi klinik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tri Wibawa, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kenaikan kasus covid-19 di negara-negara Asia. Meski begitu, dia berkata peningkatan kasus di negara tetangga tidak bisa dipastikan akan diikuti peningkatan kasus di Indonesia.
"Belajar dari penularan di masa pandemi yang sangat cepat dan luas, akan lebih baik kalau kita bersiap,” ujar Tri dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (5/6).
Dia menjelaskan, varian SARS-CoV-2 yang marak menyebar di negara-negara tetangga berbeda dengan varian yang dominan di Indonesia. Varian yang dominan di Thailand adalah XEC dan JN.1, di Singapura LF.7 dan NB.1.8, di Hongkong JN.1, dan di Malaysia adalah XEC.
Sementara itu, varian yang dominan di Indonesia saat ini adalah MB 1.1. Varian ini belum memiliki banyak informasi, tapi Tri menduga manifestasi klinis yang muncul tidak jauh berbeda dengan varian omicron lain yang pernah menyebar di Indonesia.
“Gejala yang ditimbulkan pun sejauh ini serupa dengan varian-varian covid-19 sebelumnya, termasuk demam, pusing, batuk, sakit tenggorokan, mual dan muntah, serta nyeri sendi,” tambah Tri.
Dia berkata, masyarakat tetap perlu waspada meski angka kasus covid-19 di Indonesia saat ini cukup rendah. Masyarakat pun dianjurkan menjaga kebersihan, menerapkan pola hidup sehat, makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup.
"Batasi diri untuk tidak berada di kerumunan jika merasa tidak dalam kondisi kesehatan yang prima," pesan Tri.
Selain itu, dia meminta masyarakat untuk terus memantau kasus covid-19 dari sumber informasi yang dapat dipercaya, misalnya dari pemerintah dan lembaga terpercaya.