01 Juli 2025
14:37 WIB
Kapolri Sebut 8.315 Eks JI Ikrar Setia Ke NKRI
Polri mengedepankan soft approach dalam menangani terorisme di Indonesia, di antaranya dengan melibatkan tokoh agama serta melalui program deradikalisasi
Penulis: James Fernando
Editor: Nofanolo Zagoto
Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (kiri) menginspeksi pasukan dalam upacara HUT ke-79 Bhayangkara di Jakarta, Selasa (1/7/2025). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/app/rwa.
JAKARTA - Polri memastikan mengedepankan soft approach dalam menangani terorisme di Indonesia, di antaranya dengan melibatkan tokoh agama serta melalui program deradikalisasi. Langkah ini setidaknya mampu membuat 8.315 mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) berikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Berhasil mendorong deklarasi pembubaran oleh 8.315 orang mantan anggota JI yang berikrar setia kepada NKRI," kata Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo dalam sambutannya di peringatan Hari Bhayangkara ke-79, di Monas, Jakarta Pusat, Selasa (1/7).
Kendati demikian, Kapolri menyatakan Polri tetap menjalankan preventive strike atau penindakan para pelaku terorisme. Hal ini untuk menegaskan kepada dunia bahwa Indonesia merupakan negara aman dari aksi terorisme.
"Karena berhasil mewujudkan zero attack sejak 2023 hingga Juni 2025," lanjut Kapolri.
Pencapaian pencegahan aksi terorisme ini terlihat dalam pelaksanaan agenda nasional dan internasional yang diselenggarakan pemerintah. Salah satunya, pengamanan kunjungan kenegaraan, kegiatan internasional, PON XXI, Natal dan Tahun Baru hingga Idulfitri bisa secara optimal.
"Keberhasilan pengamanan agenda nasional dan internasional tersebut adalah pijakan awal untuk terus meningkatkan internasional trust dan mendorong masuknya investasi," ujarnya.
Jamaah Islamiyah merupakan organisasi teror yang tersebar di wilayah Asia Tenggara. Kelompok ini bertanggung jawab atas serangan bom Bali pada 2002 lalu.
Mabes Polri sempat menyatakan setidaknya ada lebih dari 6.000 anggota dan simpatisan yang tergabung dalam Jamaah Islamiyah. Mereka diduga sering berpindah-pindah tempat.
Dalam hal ini, salah satu modus pendanaan kelompok ini yang berhasil terungkap ialah menggunakan badan amal dan pemberi bantuan, Syam Organizer. Mereka membagikan kotak amal dan celengan amal kepada masyarakat untuk menghimpun dana.