c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

07 November 2023

12:13 WIB

Jumlah Korban Tewas Di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Korban tewas meliputi 4.104 anak dan 2.641 perempuan, sedangkan korban luka-luka meningkat menjadi 25.408 orang. Selain itu, ada 2.350 laporan orang hilang, termasuk sekitar 1.300 anak

Jumlah Korban Tewas Di Gaza Tembus 10 Ribu Orang
Jumlah Korban Tewas Di Gaza Tembus 10 Ribu Orang
Sejumlah warga mengangkut para korban dari sebuah gedung yang hancur akibat serangan Israel di Kota Rafah di Jalur Gaza bagian selatan, Selasa (17/10/2023). Antara/Xinhua/Khaled Omar

GAZA - Jumlah kematian warga Palestina di Gaza mencapai 10.022 orang sejak putaran terbaru konflik Hamas-Israel dimulai pada 7 Oktober. Demikian diungkap Kementerian Kesehatan Gaza dikutip dari Xinhua, Selasa (7/11).

Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al-Qudra, dalam sebuah konferensi pers di Gaza City mengatakan, setidaknya 10.022 warga Palestina telah terbunuh. Meliputi 4.104 anak dan 2.641 perempuan, sementara korban luka-luka meningkat menjadi 25.408 orang.

“Selain itu, terdapat 2.350 laporan orang hilang yang tertimbun reruntuhan, termasuk sekitar 1.300 anak,” ujarnya.

Al-Qudra mengatakan, dalam beberapa jam terakhir, pasukan Israel melakukan 19 aksi pembunuhan besar-besaran yang merenggut 252 nyawa. 

Menurut juru bicara itu, Israel telah menargetkan 113 fasilitas kesehatan dan 32 ambulans di Gaza sejak 7 Oktober, menewaskan total 192 tenaga kesehatan.
 
“Sekitar 16 rumah sakit dan 32 pusat layanan kesehatan utama telah berhenti beroperasi,” tambahnya.

Sementara dari pihak Israel, lebih dari 1.400 orang tewas, relatif tak banyak bertambah sejak serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Sejumlah petugas Bulan Sabit Merah (MER-C) berjalan untuk mengangkut barang bantuan kemanusiaan yang akan diberikan untuk warga Palestina di kawasan Mesir, Senin (6/11/2023). Antara Foto/Muhammad Adimaja 

Organisasi-organisasi internasional mengatakan rumah sakit tidak dapat menangani korban luka dan makanan serta air bersih hampir habis dan pengiriman bantuan tidak mencukupi. 

“Seluruh penduduk terkepung dan diserang, tidak diberi akses terhadap kebutuhan penting untuk bertahan hidup, rumah, tempat penampungan, rumah sakit dan tempat ibadah mereka dibom. Ini tidak dapat diterima,” kata para pemimpin PBB dalam pernyataan bersama.
 
"Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang," lanjut pernyataan para pemimpin PBB tersebut.
 
Ke-18 negara yang menandatangani perjanjian tersebut termasuk Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (UNHRC) Volker Turk, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan kepala bantuan PBB Martin Griffiths.

Militer Israel mengatakan pasukannya telah merebut kompleks militan dan siap menyerang pejuang Hamas yang bersembunyi di terowongan bawah tanah dan bunker di Jalur Gaza utara, setelah mengisolasi daerah tersebut dengan pasukan dan tank. 

Sayap bersenjata Hamas, brigade Al-Qassam, mengatakan pihaknya telah merusak 27 kendaraan militer Israel dalam 48 jam dan menimbulkan kerugian besar dalam pertempuran langsung dengan pasukan Israel.
 
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, puluhan orang tewas akibat serangan udara Israel di utara dan selatan, dengan delapan orang tewas dalam serangan udara yang menghantam rumah sakit kanker Rantissi di Kota Gaza. Militer Israel hanya mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pihaknya telah mengawal konvoi empat ambulans pasien dari Kota Gaza ke perbatasan Rafah dengan Mesir, menyatakan rasa lega. Evakuasi telah ditangguhkan sejak gempuran Israel terhadap ambulans pada Jumat.

Fasilitas Sipil
Dari dalam negeri, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyeru Israel menghentikan pembunuhan terhadap warga sipil dan menyerang fasilitas sipil, seperti rumah sakit, masjid, dan gereja.

"Patuhi hukum humaniter internasional. Sekjen PBB pernah mengatakan, di dalam perang pun ada hukumnya,” kata Retno dalam rekaman video yang disampaikan Kementerian Luar Negeri pada Senin.

Berkaitan dengan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Kemlu memastikan rumah sakit tersebut hingga kini masih beroperasi untuk merawat para korban konflik Israel-Hamas, meskipun pasokan bahan bakar semakin menipis.

Kementerian Luar Negeri juga terus berkomunikasi dengan tiga relawan MER-C di rumah sakit itu, yaitu Fikri Rofiul Haq, Reza Aldilla Kurniawan, Farid Zanzabil Al Ayubi, untuk memastikan keselamatan mereka. Ketiga relawan Indonesia tersebut memilih tetap tinggal di Gaza untuk melanjutkan kerja kemanusiaan mereka.

Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza menjadi harapan satu-satunya warga Palestina di Gaza utara di tengah meningkatnya serangan Israel ke daerah kantong Palestina tersebut, yang dibombardir tanpa henti sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.

Relawan organisasi kemanusiaan MER-C Fikri Rofiul Haq mengatakan banyak korban jiwa dan korban luka-luka yang dilarikan ke RS Indonesia karena rumah sakit itu adalah satu-satunya rumah sakit dengan fasilitas cukup memadai di Gaza utara. Saat ini ada lebih dari 2.000 pengungsi di RS Indonesia.

"RS Indonesia merupakan rumah sakit terbesar di Gaza utara, sehingga banyak korban luka-luka maupun meninggal dilarikan ke sini," kata Fikri kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu (4/11).

Namun, RS Indonesia di Jalur Gaza saat ini sedang mengalami krisis energi akibat tidak dialiri listrik. RS itu kini hanya mengandalkan dua generator untuk menjalankan kegiatannya. 

Sayangnya, satu dari dua generator tersebut rusak, sedangkan satu generator yang masih berfungsi terkendala pasokan bahan bakar yang terbatas.

Terbatasnya bahan bakar disebabkan oleh blokade Israel yang membuat pasokannya tidak dapat masuk Jalur Gaza.

"RS Indonesia sebenarnya mempunyai panel surya, tetapi itu hanya bisa menyala siang hari dan kekuatan listriknya tidak bisa menghidupkan semua (peralatan rumah sakit), sehingga satu generator itu selalu menyala 24 jam," ujar Fikri.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar