c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

22 November 2022

08:15 WIB

Jalur Puncak-Cianjur Terputus Pascagempa

Jumlah korban jiwa terus bertambah. Hingga Senin malam, tercatat ada 62 orang tewas akibat gempa di Cianjur.

Editor: Rikando Somba

Jalur Puncak-Cianjur Terputus Pascagempa
Jalur Puncak-Cianjur Terputus Pascagempa
Pekerja dengan bantuan alat berat menyingkirkan material longsor yang menutupi akses Jalan Raya Puncak-Cianjur, di Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Antara Foto/Yulius Satri

BANDUNG - Jalur Puncak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terputus. Jalur tersebut  tertimbun longsor pascagempa berkekuatan 5,6 magnitudo. Longsor itu tepatnya terjadi di Jalur Puncak yang berada di Kecamatan Cugenang. Longsor itu menutupi seluruh aspal yang ada di jalur tersebut hingga tak dapat dilalui kendaraan.

"Benar ada longsor. Kalau yang lainnya masih dalam pendataan," kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol Ibrahim Tompo di Bandung, Jawa Barat, Senin malam (21/11).

Ibrahim mengatakan, polisi tengah berupaya melakukan penanganan arus lalu lintas di kawasan tersebut. Di samping itu, menurutnya Kapolda Jawa Barat bakal meninjau langsung lokasi yang terdampak gempa di Cianjur.

Sementara, jumlah korban jiwa terus bertambah.  Hingga Senin malam, tercatat ada 62 orang tewas akibat gempa.  Gempa tersebut terjadi pada pukul 13.21 WIB di titik koordinat 6.84 LS, 107.05 BT, sebelah barat daya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kemudian gempa susulan yang cukup keras pun terjadi sekitar pukul 16.23 WIB.

 "Data terakhir Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB pada Senin (21/11), pukul 19.34 WIB, mencatat 62 orang meninggal dunia," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, dalam keterangan tertulis, Senin (21/11).

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa itu juga terasa di wilayah Bandung Raya, Sukabumi, Garut, Jakarta, hingga Tangerang. Namun gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami karena gempa terjadi di daratan.



Badan juga mengungkapkan keberadaan endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda dan aluvial sungai memperkuat efek guncangan gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. 

“Endapan kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Hendra Gunawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Disebutkan, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

Waspada Bahaya Ikutan
Kejadian gempa bumi di Kabupaten Cianjur tersebut diperkirakan berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi.

Badan juga mengimbau adanya peningkatan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural mengingat Kabupaten Cianjur tergolong rawan gempa bumi dengan skala intensitas lebih dari VIII MMI.

Dikutip dari Antara, intensitas guncangan gempa VIII MMI dapat menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat; retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh; serta air menjadi keruh.

"Bangunan di Kabupaten Cianjur harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi," urai Hendra Gunawan.

Masyarakat terdampak masyarakat yang terdampak gempa magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat juga diserukan, agar mewaspadai potensi bencana lanjutan seperti longsor hingga banjir bandang. 

"Perlu diingatkan kepada masyarakat mengingat saat ini intensitas hujan meningkat, jadi perlu juga diwaspadai adanya kolateral hazard atau bahaya ikutan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers gempa mumi M 5,6 Cianjur, Jawa Barat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Dwikorita Karnawati juga menyampaikan bahwa pihaknya belum dapat memastikan gempa di Cianjur itu berasal dari aktivitas atau pergerakan sesar Cimandiri atau sesar Padalarang. 

"Jadi kami belum dapat memastikan sesar yang mana karena masih membutuhkan beberapa data yang harus kami cek langsung di lapangan dengan pengukuran," katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar