09 Januari 2025
12:18 WIB
Jakarta Masih Aman Dari Virus HMPV, Warga Diminta Tenang
Kasus ISPA akibat HMPV sudah ada sejak 2022 di Jakarta. Virus penyebab ISPA, selain HMPV, yang saat ini dominan adalah virus influenza tipe A H1N1 pdm2009, Rhinovirus dan Respiratory Syncytial Virus
Ilustrasi - penyakit dan wabah flu. ANTARA/Shutterstock
JAKARTA - Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyatakan, perkembangan virus Human Metapneumovirus (HMPV) saat ini relatif masih aman. Karena itu masyarakat agar tetap tenang.
“HMPV ditemukan pada 2001. Jadi, virus ini bukanlah virus baru, tidak seperti covid-19 yang memang baru pertama kali ditemukan tahun 2019 lalu," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati di Jakarta, Kamis (9/1).
HMPV merupakan salah satu dari banyak mikroorganisme atau agen penyebab penyakit Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA), baik pada saluran napas atas maupun bawah yang ditemukan hampir sepanjang tahun. Ani menerangkan, gejala umum penderita ISPA akibat berbagai virus atau mikroorganisme lain juga sama, antara lain batuk, demam, hidung tersumbat dan sesak napas.
Jika terjadi infeksi pada saluran napas bawah, akan menjadi bronchitis, pneumonia atau radang paru. Setidaknya, ada 23 mikroorganisme atau agen penyebab lain yang sering ditemukan pada penderita ISPA, seperti virus Influenza tipe A dan tipe B, Adenovirus, Coronavirus dan lain-lain.
"Kami mengimbau masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada," serunya.
Hanya saja, walaupun mayoritas penderita ISPA akibat HMPV tidak mengalami sakit berat, tetapi pada kelompok rentan, yaitu pada kalangan anak, lansia, dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi ini dapat menjadi lebih berat dan membutuhkan perawatan untuk penderitanya.
Sebagai kewaspadaan, langkah preventif dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah sakit, menghindari penularan dengan etika batuk, rajin mencuci tangan dan menggunakan masker ketika sakit.
Saat ini, jumlah penderita ISPA dan pneumonia memang sedang meningkat. "Sejak bulan November tahun 2024, pola ini relatif berulang setiap tahun dimana kasus ISPA cenderung meningkat menjelang akhir tahun hingga awal tahun," ucapnya.
Dari data hasil pemeriksaan, kasus ISPA yang disebabkan oleh HMPV sudah ada sejak 2022 di Jakarta. Virus penyebab ISPA, selain HMPV, yang saat ini beredar dan dominan adalah virus influenza tipe A H1N1 pdm2009, Rhinovirus dan Respiratory Syncytial Virus.
Sampai saat ini, sesuai data yang diperoleh Dinas Kesehatan, jumlah penderita ISPA akibat HMPV sebanyak 19 kasus (2022), 78 kasus (sampai Oktober 2023) dan 100 kasus (2024). “Data ini akan kami terus lengkapi melalui koordinasi dengan berbagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Laboratorium yang ada di Jakarta,” kata Ani.
Upaya Pemprov DKI
Beberapa upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menghadapi hal ini di antaranya gencar melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengenali gejala ISPA dan mencegah sakit.
Selanjutnya menghindari penularan dengan etika batuk, menggunakan masker ketika sakit, mencuci tangan serta hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta juga menyiapkan fasilitas untuk menangani kasus ISPA dan penyakit menular.
"Kami akan memperkuat sistem kewaspadaan penyakit berpotensi wabah dengan mengembangkan sistem surveilans penyakit berbasis laboratorium," tuturnya.
Hal itu untuk melengkapi sistem surveilans ILI&SARI (Influenza-Like Illnesses&Severe Acute Respiratory Infection) yang telah ada sebelumnya.
Ketua Satuan Tugas Covid-19 PB IDI dr Erlina Burhan dalam konferensi pers daring di Jakarta, Rabu, mengatakan, HMPV yang marak dikabarkan akhir-akhir ini, adalah virus penyebab penyakit saluran pernapasan yang sifatnya akut, yakni penyakit yang bisa muncul tiba-tiba. Virus tersebut, katanya, bukan hal baru, dan pertama kali dilaporkan di Belanda pada 2001.
"Masalahnya kenapa tidak pernah ada laporannya? Ya sederhana saja, nggak diperiksa. Kenapa nggak diperiksa? Karena memang penyakit pernapasan akut yang disebabkan oleh virus Human Metapneumovirus ini gejalanya mirip dengan flu dan ringan-ringan saja. Jadi, bukan sesuatu yang berbeda dan khas, akhirnya tidak ada surveilans dan untuk memeriksa jenis virus ini," jelasnya.
Dia melanjutkan, masa inkubasi virus ini rata-rata 3-6 hari, sebelum akhirnya menimbulkan gejalanya. Biasanya, kata dia, gejalanya muncul selama sekitar lima hari. Jika lebih lama, tergantung masing-masing individu karena tidak semua orang penyakitnya menjadi parah.
Ia menjelaskan virus tersebut menular melalui droplet orang yang terinfeksi. Jika orang yang menghirup droplet itu mempunyai sistem imun yang baik maka virus dapat dimusnahkan. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, di Indonesia HMPV banyak menyerang anak-anak, tetapi hal tersebut bukan menjadi sesuatu yang dibesar-besarkan, karena memang gejalanya ringan, seperti batuk pilek.
Seperti Kementerian Kesehatan, pihaknya juga mengingatkan masyarakat untuk tidak panik, namun tetap waspada terkait penularan HMPV. Ia menyarankan warga untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, menghindari kontak dengan pasien atau orang bergejala flu, membersihkan benda-benda yang terkontaminasi.
Bagi yang bergejala dan berisiko tinggi, seperti anak-anak, lansia, orang dengan HIV/AIDS, atau penderita penyakit kronis, dia menyarankan, untuk memakai masker ketika berpergian, terutama jika di tempat ramai.
"Kalau sudah kediagnosis, atau diperkirakan ini human metapneumovirus, apa yang harus dilakukan? Yang pertama adalah istirahat," imbuhnya.
Dia menyebutkan, seperti flu, penyakit akibat HMPV juga bisa sembuh dengan sendirinya. Yang dibutuhkan adalah pengobatan suportif. Misalnya dengan diberikan peredam demam, paracetamol, atau obat pilek.
Langkah Antisipasi
Sebelumnya, Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi menginstruksikan Dinas Kesehatan DKI untuk mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi agar tak ada warga yang tertular Human Metapneumovirus (HMPV).
"(Saya) minta kepada Kadis Kesehatan untuk mengambil langkah-langkah yang terkait dengan masalah tersebut. Nanti secara taktis, biar Kadis Kesehatan yang menyampaikan," kata dia di Jakarta, Rabu.
Dalam kesempatan berbeda, pakar kesehatan yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 Prof. Tjandra Yoga Aditama berpendapat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan perlu menyosialisasikan tentang HMPV. Termasuk pencegahan pada masyarakat sebagai upaya meningkatkan kewaspadaan mereka.
Selain sosialisasi, dia juga meminta Pemprov DKI mengamati dengan cermat perkembangan kasus di China. Ini mengingat HMPV baru-baru ini merebak di China. Pemerintah, sambungnya, juga perlu melakukan pengamatan dan pengumpulan data secara sistematis dan terus menerus, untuk mendapatkan informasi terkait masalah kesehatan atau penyakit (surveilans) terhadap HMPV dari kasus penyakit mirip influenza (Influenza Like Illness/ILI) di Jakarta.