c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

08 April 2024

12:09 WIB

Indonesia Negara Ketiga Terbanyak Jumlah Penderita Kusta

Penderita kusta di Indonesia terbanyak setelah India dan Brasil

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Indonesia Negara Ketiga Terbanyak Jumlah Penderita Kusta</p>
<p>Indonesia Negara Ketiga Terbanyak Jumlah Penderita Kusta</p>

Ilustrasi penderita kusta. Dok Shutterstock.

JAKARTA - Guru Besar Dermatologi dan Venereologi Universitas Indonesia (UI), Sri Linuwih Susetyo Wardhani mengatakan, Indonesia menempati peringkat ketiga negara dengan kasus kusta terbanyak di dunia.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pada 2022 jumlah kasus baru kusta di Indonesia mencapai 12.441 kasus. Lebih rendah dari Brasil dengan 19.635 kasus dan India dengan 103.819 kasus.

"Ketiga negara ini menyumbang 74% jumlah kasus kusta di dunia," ujar Sri dalam gelar wicara daring, Senin (8/4).

Dia menyebutkan Indonesia sebenarnya telah mencapai eliminasi nasional kusta pada tahun 2000. Ini ditentukan dari prevalensi kusta yang kurang dari satu kasus per 10.000 penduduk.

Namun, jika dilihat per provinsi, masih ada sejumlah provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta. Ini membuat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Kusta diterbitkan. Aturan ini mendorong eliminasi kusta tingkat provinsi pada 2019 dan tingkat kabupaten/kota pada 2024.

"Tahun 2023 ada tujuh provinsi dengan 124 kabupaten/kota yang belum tereliminasi," tambah Sri.

Dia menilai saat ini strategi eliminasi menuju nihil kusta yang dibuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah bagus. Tetapi, strategi ini berjalan terserak-serak karena berbagai pihak berjalan sendiri-diri. 

Oleh karena itu, diperlukan integrasi antara pemangku kepentingan dan fasilitas kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta.

Lebih lanjut, dia menyebutkan kapasitas sistem pelayanan perlu ditingkatkan. Mulai dari pencegahan, penemuan dini, diagnosis, hingga tata laksana kusta yang komprehensif dan berkualitas. Hal ini harus berpijak pada penguatan komitmen dan kebijakan penanggulangan kusta.

Selain itu, masyarakat juga perlu diberdayakan untuk menanggulangi kusta. Pasalnya, mereka berperan mengatasi stigma terhadap penderita kusta.

"Sebaiknya memang masyarakat itu dirangkul, dibawa. Tokoh masyarakat, tokoh agama barangkali, termasuk lembaga swadaya masyarakat ikutan di situ," pesan Sri.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar