c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

NASIONAL

30 Mei 2025

17:42 WIB

Indonesia Kembangkan Teknologi Kabel Optik Deteksi Tsunami

Teknologi kabel optik agar data deteksi potensi tsunami semakin besar cakupannya.

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Indonesia Kembangkan Teknologi Kabel Optik Deteksi Tsunami</p>
<p>Indonesia Kembangkan Teknologi Kabel Optik Deteksi Tsunami</p>

Pengunjung berjalan di taman kawasan objek wisata Pantai Ampenan, Mataram, NTB, Rabu (8/1/2025). Ant araFoto/Ahmad Subaidi.

JAKARTA - Pemerintah Indonesia siap mengembangkan teknologi berbasis kabel optik bawah laut untuk meningkatkan akurasi dan jangkauan sistem peringatan dini bencana tsunami nasional, khususnya yang dipicu oleh aktivitas seismik pada zona megathrust.

Pengembangan teknologi berbasis kabel optik bawah laut ini merupakan bagian dari kerja sama inovatif antara Universitas Gadjah Mada (UGM) – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Teknologi ini bakal diintegrasikan dengan sistem peringatan dini tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

“Semacam riset inovasi teknologi yang diperlukan memperkuat sistem peringatan dini tsunami yang sudah ada,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat (30/5) dikutip dari Antara.

Menurut dia, kabel optik bawah laut saat ini merupakan solusi untuk memperluas jaringan sensor tsunami di wilayah perairan Indonesia dan sekitarnya, bukan hanya sebagai media pertukaran data, informasi dan telekomunikasi.

Baca juga: BMKG: Tidak Perlu Panik Dengan Peringatan Gempa Megathrust

Pemanfaatan kabel optik untuk mendeteksi perubahan tekanan atau gelombang bawah laut sebagai indikator awal terjadinya tsunami itu juga dinilai relevan karena keberadaannya sudah tersebar luas di perairan Indonesia.

"Jika kabel optik ini dapat digunakan untuk mendeteksi tsunami, maka distribusi sensor bisa lebih merata ke seluruh wilayah, termasuk kawasan laut yang saat ini belum memiliki sistem deteksi," lanjut dia.

Namun demikian, Dwikorita menekankan, agar akurasi dan keandalannya benar-benar teruji maka teknologi kabel optik bawah laut tersebut nantinya harus melewati tahapan uji kelayakan dan kesesuaian dengan standar nasional sebelum diintegrasikan ke dalam Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).

Indonesia dikelilingi 13 zona megathrust berdasarkan peta sumber bahaya gempa (PuSGen) pada tahun 2017. Adapun dua diantaranya yakni zona megathrust segmen Selat Sunda sebagian terbentang di Selatan Jawa-Bali, dan zona megathrust Mentawai-Siberut di barat Sumatra.

Aktivitas zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut diyakini para ahli BMKG masih menjadi ancaman bahaya bencana terbesar yang dapat terjadi sewaktu-waktu karena berdasarkan data segmen tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.

“Sistem peringatan dini tsunami bukan sekadar soal teknologi, tapi juga menyangkut kecepatan respons, ketepatan informasi, dan keselamatan jutaan jiwa. Oleh karena itu, integrasi teknologi harus memenuhi standar ketat,” tegas dia.

BMKG menyatakan siap memfasilitasi proses validasi dan integrasi teknologi kabel laut optik ke dalam sistem nasional, sebagai bentuk dukungan terhadap kolaborasi riset dan industri yang berorientasi pada perlindungan masyarakat dari risiko bencana.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar