Konselor menyusui berperan membantu meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif, tapi saat ini baru 20% dari 10.212 puskesmas yang memiliki konselor menyusui
Ilustrasi pemberian ASI pada anak. Shutterstock/mrvirgin
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan jumlah konselor menyusui di Indonesia masih kurang. Berdasarkan data per 4 Agustus 2025, baru ada 4.107 konselor menyusui yang terdata dalam dashboard Kemenkes.
"Ibu-ibu menyusui itu ada yang mengalami kesulitan dalam menyusui, mengalami tantangan. Nah, ini kita butuh konselor sebenarnya dan ini kita konselornya masih sangat terbatas," ujar Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga Kemenkes, Lovely Daisy, dalam webinar peringatan Pekan Menyusui Dunia, Kamis (14/8).
Dia memaparkan, dari 10.212 puskesmas baru sebanyak 20% di antaranya yang memiliki konselor menyusui. Sementara itu, dari 3.157 rumah sakit baru 10% di antaranya yang memiliki konselor menyusui.
Daisy mengatakan, untuk meningkatkan jumlah konselor menyusui Kemenkes terus mengadakan pelatihan konseling menyusui dari berbagai sumber dana. Selain itu, ada pula peningkatan kapasitas secara daring melalui Learning Management System (LMS) yang dapat diakses oleh seluruh tenaga kesehatan.
Dia juga berkata, mengingat jumlah konselor menyusui masih terbatas, Kemenkes menyediakan layanan telekonseling menyusui untuk perluasan akses. Layanan ini bisa diakses secara daring, baik melalui WhatsApp, zoom, dan lainnya. Layanan ini diperuntukkan bagi ibu yang ingin bertanya atau memiliki kendala dalam menyusui.
Menurut Daisy, kehadiran konselor menyusui penting untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan data Kemenkes, pada tahun 2024 cakupan ASI eksklusif usia 0-5 bulan baru mencapai 66,4%.
Di samping itu, cakupan ASI eksklusif enam bulan lebih tinggi pada kelompok ibu tidak bekerja yaitu 56,6%, dibandingkan pada kelompok ibu bekerja yaitu 55,1%. Lalu, cakupan ASI eksklusif usia 0-5 bulan lebih tinggi di daerah pedesaan yaitu 72,9%, dibandingkan di daerah perkotaan yaitu 65,3%.
Daisy mengatakan, hal-hal itu adalah tantangan yang harus diatasi bersama. Hal ini mengingat pemberian ASI eksklusif adalah salah satu dari sebelas upaya penurunan stunting.
"ASI merupakan salah satu intervensi spesifik yang akan kita kerjakan dalam upaya kita untuk mencegah stunting," tutup Daisy.