30 November 2022
15:18 WIB
Editor: Rikando Somba
JAKARTA – Di sejumlah daerah, terjadi fenomena aneh yakni ikan-ikan kecil terdampar, bahkan mati. Fenomena ini juga terjadi di Pantai Mutiara, Ancol, Jakarta. Ini menjadi sebuah anugerah bagi para warga, karena dapat memanen ikan tanpa menggunakan jala di laut. Terhadap fenomena ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan, bahwa itu bukan tanda terjadinya gempa. Yang terjadi di pantai utara Jakarta adalah disebabkan angin.
“Banyak faktor di antaranya faktor kesuburan perairan, angin dan arus laut. Tidak ada hubungannya dengan akan terjadinya gempa ya,” terang Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo di Jakarta, Rabu (30/11).
Eko menjelaskan, secara tak kasat mata, angin laut telah mendorong ikan-ikan kecil tersebut mengikuti arus hingga terdampar di pesisir pantai. Dia justru menyerukan, agar warga tidak panik karena fenomena itu dapat terjadi pula pada ikan-ikan yang lebih besar seperti paus ataupun lumba-lumba. Bisa jadi, dorongan angin yang membawa ikan-ikan kecil menarik perhatian ikan yang lebih besar untuk mencari makanan sesuai dengan rantai makanannya.
“Otomatis ikan kecil tadi juga diikuti ikan ikan besar sebagai rantai makanannya,” katanya.
Selain dorongan angin, Eko menyebutkan jika terdapat kemungkinan kalau berbagai unsur hara lainnya yang dibutuhkan ikan-ikan kecil itu, mengikuti arus angin sehingga mendorong ikan mendekat ke garis pantai.
Sedangkan kemungkinan lainnya yakni karena adanya kandungan klorofil-a yang menjadi salah satu faktor kesuburan di laut.
Meski demikian, Eko menyatakan bahwa fenomena laut itu masih dugaan sementara BMKG. Pihaknya akan meneliti ini lebih jauh, untuk bisa memastikan alasan ikan-ikan kecil tersebut terdampar hingga ke pesisir pantai.
“Sisanya dugaan sementara ini ya tapi perlu penelitian lebih lanjut,” katanya.

Fenomena ini muncul di media sosial pada Rabu (30/11). Mmasyarakat melalui berbagai media sosial telah dihebohkan dengan munculnya gerombolan ikan kecil yang terdampar seperti di pesisir Pantai Onrust, Kepulauan Seribu dan Pantai Mutiara, Jakarta Utara.
Banyak warga membagikan video fenomena alam tersebut. Bahkan beberapa warga di antaranya, mengambil ikan-ikan yang muncul ke permukaan untuk dibawa pulang menggunakan ember. Mereka menilai ini sebagai berkah.
Harga Meroket
Fenomena serupa terjadi di Sumatera Barat. Namun, di sana, di Danau Maninjau, banyak ikan mati dan seperti kehabisan nafas. Akibatnya, hjarga ikan nila tingkat petani naik di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dari Rp21,5 ribu menjadi Rp28 ribu per kilogram dampak dari kematian ikan di Danau Maninjau secara massal.
Dikutip dari Antara, Aalah seorang petani ikan di Lubukbasung, Minggu, mengatakan sebelum ikan Danau Maninjau mati harga hanya Rp21,5 ribu per kilogram dan tiga hari setelah kematian naik menjadi Rp28 ribu per kilogram,
"Saya sempat memanen ikan satu hari menjelang kematian ikan di danau vulkanik itu, Kamis (17/11) dan harga hanya Rp21,5 ribu per kilogram. Sekarang naik menjadi Rp28 ribu per kilogram," katanya.
Ia menambahkan, harga ikan ini naik setelah persediaan ikan di Danau Maninjau sudah berkurang. Di Maninjau, sekitar ratusan ton ikan mati akibat oksigen berkurang setelah angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah itu. Peristiwa ini terjadi saat permintaan dari pedagang pengencer di Sumbar, Riau, Jambi dan lainnya cukup banyak.
Dengan kondisi itu, harga ikan menjadi naik, karena ikan hanya ada di kolam air tenang dan air deras sepanjang aliran sungai dari Danau Maninjau ke Lubukbasung.
"Harga ikan bisa tembus di atas Rp30 ribu per kilogram dan ini berdasarkan pengalaman saat kematian ikan pada Maret 2022. Saat itu harga ikan Rp30 ribu per kilogram," katanya.
Sementara Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira menambahkan total kematian ikan menjadi 445 ton. Kematian disebabkan angin kencang dan curah hujan tinggi melanda daerah itu semenjak beberapa hari lalu dan menyebabkan kurangnya oksigen di air.
Ke 445 ton ikan mati itu tersebar di tiga nagari yakni, di Tapian Tampuniak Jorong Tanjung Sani , Nagari Sungai Batang sebanyak 45 ton tersebar di 124 petak keramba jaring apung milik 27 petani. Sedangkan di Jorong Muko-muko, Alai, Rambai dan Ambacang Nagari Koto Malintang sebanyak 168 ton tersebar di ratusan petak keramba jaring apung milik puluhan petani.
Selain itu di Jorong Sungai Tampang, Sigiran, Panta, Muko Jalan, Batu Nangai, Galapuang dan Pandan Nagari Tanjung Sani juga terjadi hal sama. Di sana ada 242 ton ikan yang tersebar di 770 petak keramba jaring apung dengan pemilik 197 petani. "Terjadi tiga kali kematian selama November 2022," katanya.