c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

16 September 2025

18:20 WIB

IDAI Ingatkan Alergi Makanan Bisa Ganggu Pertumbuhan Anak

Alergi makanan tidak hanya membuat anak mengalami diare, muntah, maupun kulit gatal, tapi juga berpotensi mengganggu pertumbuhan anak, memperburuk kualitas hidup, bahkan menyebabkan kematian

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Nofanolo Zagoto

<p>IDAI Ingatkan Alergi Makanan Bisa Ganggu Pertumbuhan Anak</p>
<p>IDAI Ingatkan Alergi Makanan Bisa Ganggu Pertumbuhan Anak</p>

Sejumlah anak bermain di RPTRA, Cipete Selatan. Validnews/Hasta Adhistra 


JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta orang tua untuk mewaspadai alergi makanan pada anak. Sebab, alergi makanan tidak hanya membuat anak mengalami diare, muntah, maupun kulit gatal, tapi juga berpotensi mengganggu pertumbuhan anak, memperburuk kualitas hidup, bahkan menyebabkan kematian.

"Ada potensi gangguan pertumbuhan akibat reaksi alergi dan akibat pantangan makanan. Oleh karena itu, perlu penanganan yang cepat dan tepat untuk memperbaiki kualitas hidup penderita," ujar Anggota Unit Kerja Koordinasi Alergi Imunologi IDAI, Endah Citraresmi, dalam media briefing daring, Selasa (16/9).

Dia menjelaskan, beberapa makanan yang sering menimbulkan alergi pada anak adalah susu sapi, telur, kacang tanah, dan makanan laut seperti ikan, udang, dan kerang. Sebagian orang tua pun sejak awal tidak memberikan makanan itu pada anak untuk menghindari alergi.

Padahal, anak belum tentu alergi dengan sumber makanan itu. Langkah itu juga bisa membuat anak kekurangan nutrisi dalam jangka panjang.

Endah pun berkata, ada cara lebih tepat untuk mendeteksi alergi makanan pada anak. Pertama, jika anak mengalami gejala yang dicurigai sebagai alergi, maka orang tua harus berhenti memberikan makanan tersebut. Apabila gejala tidak membaik, anak perlu segera dibawa ke dokter atau instalasi gawat darurat (IGD).

Sementara itu, jika gejala membaik maka orang tua perlu membuat catatan atau food diary. Catatan ini berisi jenis makanan dan gejala yang muncul setelah anak mengonsumsi makanan itu. Catatan ini lantas dikonsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis resmi.

"Kita harus memastikan bahwa ini benar gara-gara alergi, bukan karena kondisi lain yang memang sama-sama menyebabkan mencret misalnya," tambah Endah.

Dia juga berkata, di tingkat global prevalensi alergi makanan pada anak mencapai 6-8%. Penelitian menunjukkan angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan maraknya konsumsi makanan kemasan yang berpengaruh terhadap sistem imun.

Oleh karena itu, Endah mengimbau orang tua untuk memberikan makanan buatan rumah kepada anak. Makanan buatan rumah ini harus bergizi dan kaya serat untuk mengurangi risiko alergi makanan.

"Peningkatan alergi makanan saat ini dikenal sebagai second wave dari epidemi penyakit alergi ... dan ini sudah mulai diikuti di Indonesia meskipun saya tidak bisa menampilkan data nasional," tutup Endah.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar