20 Februari 2024
14:40 WIB
Editor: Rikando Somba
JAKARTA - Masa tanggap darurat bencana banjir di Kabupaten Demak dan Kudus, Jawa Tengah diperpanjang selama 14 hari ke depan. Perpanjangan ini berdasarkan hasil keputusan rapat posko utama yang dipimpin Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Selasa (20/2).
BNPB melaporkan terhitung sejak Senin (19/2) masih ada sebanyak 18.739 orang warga (dari sebelumnya 28 ribu) yang terpaksa mengungsi ke tempat pengungsian karena rumahnya masih terendam banjir 80-100 cm.
“Ya, diperpanjang mulai pada hari ini hingga 14 hari ke depan. Atau sampai air benar-benar kering sehingga masyarakat bisa kembali ke rumahnya masing-masing,” kata Kepala Pusat Data BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Selasa (20/2).
Hal yang dilakukan beragam pemangku kepentingan selama masa tanggap darurat itu adalah mengintensifkan tindakan pengeringan air yang sejak 5 Februari sampai saat ini masih merendam ribuan rumah penduduk. Banjir Demak-Kudus juga merendam dua ribu hektare lebih lahan pertanian, tambak dan fasilitas umum.
Abdul Muhari menjelaskan, kini ada tiga fokus upaya pengeringan air yang dilakukan, yakni penyedotan di simpul-simpul menggunakan sistem pompanisasi sebanyak 27 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 11,48 meter kubik per detik.
Puluhan unit pompa itu ditempatkan ke simpul air yang tersebar di wilayah Karanganyar, Gajah, Demak, Mijen dan Kabupaten Kudus.
Pada saat sama, pemerintah melalui Kementerian PUPR – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) bersama personel TNI-AD terus memperkokoh tanggul-tanggul pembatas aliran Sungai Wulan. Setidaknya ada dua titik tanggul yang perlu diperkuat supaya air tidak kembali tumpah menggenangi pemukiman yang ada di sekitarnya.
“Fokus lain yang juga sangat penting yakni menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengendalikan curah hujan,” kata dia.
Untuk modifikasi cuaca, setidaknya sudah 4 ribu ton garam (NaCl) yang ditebar di langit seluruh daerah pantai utara mulai dari Semarang–Pati. Fungsi dari TMC untuk memutus potensi pergerakan awan penghujan sehingga mengurangi akumulasi curah hujan di Demak dan Kudus.
Sementara itu, mereka yang mengungsi masing-masing tersebar di Kecamatan Karanganyar sebanyak 5.837 jiwa, Kecamatan Gajah 6.113 jiwa, Demak 764 jiwa, Mijen 29 jiwa, dan Kabupaten Kudus 5.996 jiwa.
Abdul memastikan, kebutuhan pokok mulai dari makanan, minuman, susu untuk anak-anak, sandang, air bersih dan kesehatan para korban selama berada di tempat pengungsian terjamin oleh pemerintah.
Cuaca Ekstrem
Ancaman cuaca ekstrem juga masih ada di Jawa Tengah. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca ekstrem yang dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi masih berpotensi di sejumlah wilayah Jawa Tengah (Jateng).
"Berdasarkan data yang dirilis BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, potensi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh beberapa faktor, antara lain aktivitas monsun Asia," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Selasa.
Sejumlah wilayah Jateng yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem pada hari Selasa (20/2) meliputi Kabupaten Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Kabupaten/Kota Magelang, Boyolali, Karanganyar, Klaten, Kabupaten Semarang, Temanggung, Kabupaten Pekalongan, Salatiga, dan sekitarnya.
Sementara pada hari Rabu (21/2), kata dia, cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Kabupaten/Kota Magelang, Boyolali, Surakarta, Sragen, Grobogan, Temanggung, Salatiga, Kabupaten Semarang, Kendal, Batang, Kabupaten Pekalongan, dan sekitarnya.
Dikutip dari Antara, Teguh menjelaskan bahwa aktivitas monsun Asia berpengaruh terhadap peningkatan massa udara basah di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator, termasuk sekitar wilayah Jateng.
Potensi cuaca ekstrem tersebut juga dipengaruhi oleh daerah konvergensi dan belokan angin yang terpantau di sekitar Jateng serta labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal teramati di Jawa Tengah.
"Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di beberapa wilayah Jawa Tengah pada 20-21 Februari," katanya.