c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

02 November 2023

14:19 WIB

Hamas Tawarkan Resolusi Penghentian Agresi, Israel Bergeming

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan gencatan senjata yang semakin meluas, dengan dalih langkah itu membuat mereka menyerah kepada Hamas

Hamas Tawarkan Resolusi Penghentian Agresi, Israel Bergeming
Hamas Tawarkan Resolusi Penghentian Agresi, Israel Bergeming
Pemimpin HAMAS, Ismail Haniyeh. Antaranews/albalad.co

ANKARA - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyatakan, pihaknya telah memaparkan gagasan menyeluruh atau resolusi untuk menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza. Namun, Hal ini tak direspons serius Israel di bawah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“Visi ini dimulai dengan menghentikan agresi, membuka perbatasan, menukar tahanan, dan membuka cakrawala politik untuk mendirikan negara Palestina dan menentukan nasib sendiri,” kata Haniyeh dalam pidato yang disiarkan melalui televisi pada Rabu (1/11).
 
“Namun, Netanyahu menunda-nunda dan menipu para pendukungnya dengan janji-janji palsu,” ujar dia, menambahkan.
 
Haniyeh mengatakan, konflik saat ini disebabkan oleh Netanyahu yang memimpin kelompok fasis rasis sayap kanan. Pemimpin Hamas tersebut juga menuntut para pendukung Israel, termasuk Amerika Serikat, untuk berhenti menghalangi upaya internasional untuk menghentikan agresi.
 
Tentara Israel telah memperluas serangan udara dan darat di Jalur Gaza, yang telah mengalami serangan udara tanpa henti sebagai balasan atas serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober. 

Lebih dari 10.300 korban telah tewas dalam konflik tersebut, termasuk sedikitnya 8.796 warga Palestina dan lebih dari 1.538 warga Israel.
 
Selain banyaknya korban jiwa dan warga yang mengungsi, pasokan bahan pokok untuk 2,3 juta orang di Gaza semakin menipis akibat blokade Israel. Netanyahu menolak seruan gencatan senjata yang semakin meluas, dengan dalih langkah itu membuat mereka menyerah kepada Hamas.

Tentara Israel justru dengan bangga mengklaim telah membunuh seorang komandan militer senior Hamas, dalam serangan udara mematikan di kamp pengungsi Jabalia yang menelan ratusan korban tewas dan terluka. 

Situs berita Times of Israel melaporkan tentara Israel membunuh seorang komandan militer penting sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, di Gaza utara pada Selasa (31/10).
 
Israel mengidentifikasinya sebagai Ibrahim Biari dan mengklaim, dia adalah komandan Batalyon Jabalia di Brigade Al-Qassam. Tentara Israel juga mengklaim Biari adalah bagian dari komandan terkemuka Hamas yang mengawasi serangan mendadak kelompok itu pada 7 Oktober 2023 di sejumlah wilayah Israel yang mengelilingi Gaza.
 
Namun demikian, Hamas membantah laporan Israel itu dengan menyebut klaim Israel itu adalah upaya untuk membenarkan kejahatan keji mereka di kamp Jabalia.
 
Serangkaian serangan udara Israel di kamp pengungsi itu menyebabkan ratusan korban jiwa, kata otoritas Gaza. Pesawat-pesawat tempur Israel menghancurkan seluruh kawasan permukiman yang dikenal dengan Blok 6, sehingga mengakibatkan jatuhnya korban yang sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Gencatan Senjata
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza adalah soal hidup dan mati. Dalam sebuah pernyataan, Rabu (1/11), UNRWA menyebut pemboman Israel yang tiada henti terhadap wilayah kantong yang diblokade itu sebagai tindakan yang mengejutkan.
 
Dengan tingkat kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya, badan itu menyebut tragedi kemanusiaan di Gaza sungguh tak tertahankan. “Gencatan senjata kemanusiaan yang segera dilakukan adalah masalah hidup dan mati bagi jutaan orang,” kata UNRWA.

Truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan memasuki Gaza dari titik penyeberangan pada perbatasan Gaza - Mesir di Rafah, Mesir, Sabtu (21/10/2023). Antara/Xinhua/Ahmed Gomaa 

Badan PBB itu juga mengatakan serangan Israel telah memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka di Gaza. 

“Lebih dari 670.000 orang berlindung di hampir 150 fasilitas UNRWA yang penuh sesak. Orang-orang ini menghadapi kondisi kemanusiaan yang memburuk serta risiko kesehatan dan perlindungan yang parah," tututrnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengaku terkejut atas serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Gaza dan mengutuk pembunuhan warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak.

Melalui juru bicaranya Stephane Dujarric, Guterres menegaskan kembali bahwa semua pihak harus mematuhi hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional. Termasuk prinsip-prinsip pembedaan, proporsionalitas, dan kehati-hatian.

“Dia mengutuk keras setiap pembunuhan terhadap warga sipil,” kata Dujarric pada Rabu.

Selain menuntut diakhirinya kekerasan di Gaza, Sekjen PBB mendesak pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera yang saat ini ditahan di Gaza. Termasuk membuka masuknya bantuan kemanusiaan penting dalam skala yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Palestina yang semakin meningkat.

Akses Penuh
Sementara itu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan akses penuh untuk menyalurkan bantuan medis dan bahan bakar ke Gaza sesegera mungkin.

“Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan keprihatinan kami terhadap pasien yang baru saja kehilangan satu-satunya kemungkinan, untuk menerima pengobatan kanker atau perawatan paliatif yang dapat menyelamatkan nyawa,” kata Tedros melalui platform X pada Rabu (1/11).

“Saya mendesak dan saya memohon untuk mendapatkan akses penuh terhadap bantuan medis dan bahan bakar SEKARANG! Semakin kita menunggu, semakin kita membahayakan kehidupan yang rentan ini,” ujar Tedros.

Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina, satu-satunya rumah sakit umum untuk pasien kanker di Jalur Gaza, tidak dapat berfungsi karena serangan Israel dan kekurangan bahan bakar, kata Doctors Without Borders (MSF) pada Rabu.

“Sampai hari ini, rumah sakit tersebut tidak dapat digunakan lagi karena kekurangan bahan bakar dan beberapa serangan yang mempengaruhi fasilitas tersebut. Ini adalah satu-satunya rumah sakit umum untuk pasien kanker di Jalur Gaza, dan sekarang nyawa puluhan pasien kanker di rumah sakit tersebut terancam," kata MSF di X.

Organisasi nirlaba medis itu mengatakan, Israel terus mencegah masuknya bahan bakar ke Gaza, yang sangat penting untuk memasok listrik di rumah-rumah sakit dan sejumlah fasilitas yang justru ikut diserang selama konflik terbaru antara Israel dan kelompok Hamas Palestina.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar