27 Juli 2022
16:53 WIB
Editor: Rikando Somba
JAKARTA- Guru agama adalah salah satu elemen penting untuk menebarkan ideologi bangsa yang bhineka. Pendidikan keagamaan tidak boleh terjebak pada doktrin dan simbol yang bersifat normatif. Sebaliknya, mereka harus mengajarkan substansi agama dalam perspektif yang universal seperti ajaran tentang toleransi, kebaikan, akhlak budi pekerti, juga kejujuran.
Karenanya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengajak guru agama sebagai ujung tombak moderasi beragama, mewaspadai wabah intoleransi, dan radikalisme di sekolah.
“Pembelajaran yang normatif ditambah dengan doktrin-doktrin keagamaan yang tak terkontrol dapat membuat cara pikir satu arah sehingga anak didik tidak mau menerima masukan, bahkan perbedaan,” ujar Moeldoko kepada guru-guru agama yang tergabung dalam DPP Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII), di Gedung Bina Graha, Jakarta, Rabu (27/7).
Dia mengajak guru-guru agama mewaspadai penanaman doktrin radikalisme dan anti toleransi kepada siswa-siswa di sekolah. Guru agama berperan sangat penting membuat pola pikir anak didik semakin terbuka terhadap ideologi dan komitmen beragama.
“Ini harus diwaspadai bersama, terutama oleh para guru agama yang punya posisi strategis sebagai ujung tombak dalam moderasi beragama melalui pembelajaran dan pendidikan agama secara komprehensif,” ujar mantan panglima TNI ini.
Ia menyebut sekolah menjadi lembaga publik yang sangat tepat untuk menjelaskan makna serta pentingnya kemajemukan dan tenggang rasa antarsesama. Sekolah merupakan wadah menanamkan pola pikir sekaligus pola interaksi anak yang heterogen.
Di kesempatan itu, Ketua Umum DPP AGPAII Mahnan Marbawi mengamini pernyataan Moeldoko. Dia mungkapkan bahwa isu-isu nasionalisme, ideologi Pancasila, dan moderasi beragama menjadi fokus APGAII dalam pengembangan dan penguatan peran guru agama di Indonesia karena guru agama merupakan panutan.
“Untuk memperkuat peran strategis guru agama dalam moderasi beragama kami (APGAII) sangat membutuhkan dukungan pemerintah. Salah satunya dalam bentuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan,” tutur Mahnan.

Ajak Perempuan
Di kesempatan berbeda, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Bali bidang Perempuan dan Anak mengajak kaum ibu untuk turut aktif mencegah paham radikalisme dan ekstremisme yang mengarah pada terorisme. Ibu rumah tangga sangat berperan penting mengajarkan keberagaman dan persatuan di lingkungan keluarga.
“Perempuan memiliki posisi yang sangat vital dalam kehidupan keluarga, bahkan masyarakat secara luas. Karena seorang perempuan sangat memungkinkan untuk menjadi partner agen transformasi pemahaman ajaran agama kepada anak-anaknya,” kata Kepala Sub Direktorat Kerjasama Asia Pasifik-Afrika Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Letnan Kolonel Harianto di Denpasar, Bali, Sabtu.
Dikutip dari Antara , Harianto di hadapan 100 orang ibu rumah tangga yang hadir, mengatakan saat ini radikalisme dan terorisme menjadi salah satu tantangan besar bagi keamanan masyarakat dan keselamatan generasi penerus bangsa Indonesia. Ditegaskannya, paham radikal dan ekstremisme seringkali menjadi pemicu aksi terorisme yang melibatkan dan mengorbankan banyak orang.
“Hasil survei yang dilakukan oleh BNPT pada tahun 2019, faktor yang paling efektif dalam mengurangi potensi paham radikalisme terorisme secara berturut-turut adalah pengontrolan sosial media, internalisasi kearifan lokal, perilaku kontra radikal dan pola pendidikan anak," kata Harianto.
Letkol Harianto menekankan, perempuan khususnya ibu rumah tangga bisa menjadi penyaring awal untuk mendeteksi setiap kejanggalan yang ditemukan dalam kehidupan anak-anak dalam keluarga masing-masing. Apalagi, karakter anak ditentukan oleh pola pendidikan dalam keluarga.
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali I Gusti Agung Ngurah Sudarsana juga mengajak ibu rumah tangga melihat persoalan radikalisme dan ekstremisme menjadi salah satu bagian dalam pendidikan dalam lingkungan keluarga.
“Kami berharap cara ini bisa mendorong masyarakat, khususnya perempuan untuk lebih bijaksana dalam memahami kondisi terkini dan fakta yang berkembang di lingkungan sekitar, sehingga dapat memberikan pemahaman kepada keluarga khusus anak dan juga lingkungan sekitar terhadap penyebarluasan paham radikalisme dan ekstremisme,” kata I Gusti Agung Ngurah Sudarsana.