06 Februari 2023
17:56 WIB
Penulis: Aldiansyah Nurrahman
Editor: Nofanolo Zagoto
JAKARTA - Gempa bumi magnitudo 7,4 mengguncang selatan Turki, tepatnya Provinsi Kahramanmaras, Gaziantep, dan Osmaniye pada pukul 04.17 waktu setempat atau 08.17 WIB. Sejauh ini, tak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang jadi korban jiwa.
Duta Besar Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, KBRI Ankara telah berkoordinasi dengan Otoritas lokal di daerah tersebut, Satgas Perlindungan WNI dan PPI di sekitar lokasi.
"Sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban meninggal dunia," jelasnya, dalam keterangan tertulis, Senin (6/1).
Namun, sejumlah WNI di Kahramanmaras harus meninggalkan apartemen karena mengalami kerusakan parah.
KBRI Ankara sedang mengupayakan rumah penampungan sementara sambil menunggu penanganan dari otoritas setempat.
"Tiga orang WNI mengalami luka. Satu orang di Kahramanmaras dan dua orang Hatay, dan saat ini sudah dirujuk ke rumah sakit terdekat," sambungnya.
Adapun pusat gempa terjadi di Kahramanmaras (+/- 600 km sebelah tenggara Ankara). Disusul dua gempa lanjutan Magnitudo 6,4 dan Magnitudo 6,5 di Gaziantep (+/- 700 km sebelah tenggara Ankara).
Sampai saat ini, dilaporkan 51 korban jiwa, ratusan terluka, dan sejumlah bangunan yang runtuh dan rusak berat, akibat ketiga gempa.
Presiden Turki Tayyip Erdoğan telah berkomunikasi dengan Gubernur Kahramanmaras. Ia menyampaikan pesan duka kepada masyarakat terdampak.
Mendagri Turki Suleyman Soylu menyampaikan bahwa prioritas saat ini adalah penyelamatan korban yang terjebak di reruntuhan dan bantuan darurat masyarakat terdampak. Lalu, mengingat kerusakan yang sangat substansial, diperkirakan jumlah korban jiwa akan terus bertambah.
"KBRI Ankara akan terus berkoordinasi dengan otoritas lokal, Satgas Perlindungan WNI serta masyarakat Indonesia di wilayah terdampak," tambah Iqbal.
Terdapat sekitar 6.500 WNI yang terdata tinggal di seluruh Turki. Dari jumlah tersebut terdapat sekitar 500 orang tinggal di area gempa dan sekitarnya. Sebagian besar berstatus pelajar dan mahasiswa dan sebagian lainnya adalah WNI yang menikah dengan warga setempat serta pekerja di organisasi internasional.