16 Januari 2024
14:25 WIB
Editor: Rikando Somba
KUPANG- Dampak El-Nino bukan hanya pada terjadinya beragam bencana hidrometeorologi. Bahkan, waktu tanam pun kini terimbas. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengimbau petani di provinsi berbasis kepulauan itu untuk mulai menanam selama Januari hingga Februari 2024 mengingat krisis El-Nino masih melanda daerah itu.
"Petani sudah harus mulai menanam dari sekarang sampai dengan Februari nanti, karena ada pergeseran musim tanam akibat El-Nino," kata Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT Lucky Koli di Kupang, Selasa (16/1).
Di NTT, dampak krisis El-Nino berujung pada curah hujan yang rendah yang berdampak pada jadwal tanam padi dan jagung milik para petani di NTT.
Lucky mengatakan bahwa, jika berkaca dari tahun-tahun sebelumnya proses tanam di NTT sudah dimulai sejak Oktober hingga November. Namun di saat El Nino seperti sekarang ini terpaksa musim tanamnya alami pergeseran menjadi Januari hingga Februari. Ini juga berpatokan pada informasi dari BMKG musim hujan sudah mulai merata di beberapa wilayah di provinsi tersebut.
"Jadi memang kita alami kemunduran proses tanam karena El Nino ini, tetapi kami sudah imbau para petani untuk mengantisipasinya," ujarnya.
Dia menyatakan, untuk para petani yang berada di area irigasi seperti di dekat kawasan bendungan dan beberapa kawasan irigasi lainnya secara umum tidak terdampak. Namun yang terdampak adalah petani yang area persawahan atau area pertaniannya berharap dari hujan. Seperti sawah tadah hujan dan area perkebunan lainnya yang butuh banyak air.
Karena itu dia mengimbau juga para petani lebih baik menanam tanaman palawija atau holtikultura serta ramah terhadap kekeringan.
Dia menilai bahwa menghadapi fenomena alam tersebut pemilihan komoditas itu yang sangat menentukan. Tentunya umurnya tidak panjang dan tidak menggunakan air yang banyak.
"Kita imbau agar hal ini dilakukan dengan menanam di lahan-lahan yang memungkinkan sehingga petani tidak kehilangan hasil produksi dampak El-Nino," ujarnya, dikutip dari Antara.

Sementara, Kepala BPBD NTT Ambroius Kodo mengatakan bahwa pemerintah NTT telah menyediakan cadangan beras sebanyak 100 ton untuk setiap kabupaten sebagai langkah penanganan dampak kekeringan. Dia mengamini, biasanya musim hujan di NTT setiap tahun mulai dari November dan Desember. Namun sampai saat ini berdasarkan laporan dari BMKG zona di NTT belum memasuki musim hujan.
"Tentu ini sangat berdampak kepada para petani di NTT," tambah dia.
Dia menambahkan sesuai dengan hasil rapat informasi dari Balai Wilayah Sungai (BWS) cadangan persediaan air bersih saat ini hanya mencapai 57%. Karena itu Langkah selanjutnya menganalisis data dan kondisi ini bisa naik dari status siaga darurat menjadi tanggap darurat.
Percepatan Di Lampung
Dampak El-Nino juga menyebabkan petani di Lampung harus menggeser waktu tanam. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (KPTPH) Provinsi Lampung Bani Ispriyanto mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan percepatan tanam dalam upaya menjaga produktivitas pertanian di daerahnya.
Ia mengatakan upaya percepatan tanam padi tersebut dilakukan untuk menjaga produktivitas pertanian di daerahnya agar pangan dapat terus tersedia bagi konsumsi masyarakat.
"Sejak turun hujan di November 2023 kami sudah melakukan percepatan tanam padi untuk memanfaatkan hadirnya hujan bagi pengairan lahan pertanian," ujar Ispriyanto di Bandarlampung, Senin.
Ada beberapa daerah yang telah melakukan percepatan tanam padi di Provinsi Lampung yakni Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Pringsewu. "Kegiatan percepatan tanam padi ini dilakukan terus setiap pekan terus bertambah sampai Januari ini sudah banyak dilakukan di berbagai daerah pastinya," katanya lagi.
Di daerahnya ada beberapa daerah yang telah menerapkan indeks pertanaman sebesar 400. "Sudah ada yang menerapkan tanam empat kali dalam satu musim, ini akan diupayakan ditingkatkan kembali," tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat, pada 2023 luas panen padi diperkirakan sebesar 532,77 ribu hektare mengalami kenaikan sebanyak 14,52 ribu hektare atau 2,80 persen dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 518,26 ribu hektare.
Dengan produksi padi sekitar 2,73 juta ton gabah kering giling (GKG), mengalami kenaikan sebanyak 40,62 ribu ton GKG atau 1,51 persen dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 2,69 juta ton GKG. Sedangkan bila di konversikan menjadi beras untuk dikonsumsi maka produksi beras pada 2023 diperkirakan sebesar 1,57 juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 23,35 ribu ton atau 1,51 persen dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 1,55 juta ton.