c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

NASIONAL

19 Juli 2025

11:49 WIB

Dokumen Second NDC Indonesia Segera Selesai 

Dokumen Second NDC Indonesia menurut Menteri LH sudah tahap akhir dan fokus pada beberapa sektor.

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Dokumen Second NDC Indonesia Segera Selesai&nbsp;</p>
<p>Dokumen Second NDC Indonesia Segera Selesai&nbsp;</p>

Unjuk Rasa perubahan Iklim terhadap Pemerintah, Jakarta, Indonesia, (09/15/2023). Shutterstock/abdlh syamil.

JAKARTA - Pemerintah Indonesia sudah memasuki tahap akhir untuk menyelesaikan dokumen iklim Second Nationally Determined Contribution (NDC). Dokumen tersebut mengutamakan pada pengurangan emisi sektor energi, hutan, limbah dan kelautan.

"Second NDC bukan sekadar laporan, tapi peta jalan yang mencerminkan kesungguhan Indonesia dalam melindungi bumi, memperkuat daya saing ekonomi, dan membangun masa depan yang lebih adil bagi seluruh rakyat," kata Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq di Jakarta, Sabut (19/7)

Dia menyatakan, dokumen Second NDC yang dalam tahapan akhir penyelesaian, harus lebih kuat, menyeluruh. Serta, sepenuhnya mencerminkan komitmen Indonesia untuk memimpin upaya pengurangan emisi karbon global.

Second NDC, lanjut, bukan hanya kewajiban internasional, tetapi juga bentuk tanggung jawab Indonesia terhadap masa depan bumi, kesejahteraan rakyat, dan generasi mendatang.

Baca juga: Genesis Temukan Tumpang Tindih Area Folu Net Sink 2030     

Dokumen itu akan merespons mandat global dalam keputusan Conference of the Parties (COP) ke-28, khususnya Decision 1/CMA.5, yang mencakup target puncak emisi global antara 2020 hingga 2025. Serta, pengurangan emisi gas rumah kaca global sebesar 43% pada 2030 dan 60% pada 2035, dengan menggunakan referensi emisi tahun 2019 yang tercatat sebesar 1.147 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).

Untuk mencapai target pengurangan emisi yang ambisius tersebut, Indonesia harus menekan angka emisi hingga sekitar 459 juta ton CO2e yang menuntut langkah-langkah terkoordinasi dan sistematis di berbagai sektor, termasuk energi, kehutanan, limbah, pertanian, dan kelautan

Hanif mengatakan sektor energi, yang berkontribusi sekitar 55% terhadap total emisi nasional, akan menjadi fokus utama dalam upaya transisi menuju sistem rendah karbon. Targetnya adalah peningkatan bauran energi terbarukan hingga 27-33 persen pada 2035, dengan langkah-langkah konkret seperti efisiensi konsumsi listrik dan penggunaan kendaraan listrik.

Sektor kehutanan dan lahan juga akan berperan penting, dengan komitmen FOLU Net Sink 2030 yang menargetkan penyerapan karbon lebih besar daripada emisi yang dilepaskan, serta berbagai upaya restorasi hutan dan pengendalian deforestasi dari 0,918 juta hektare (ha) per tahun menjadi kurang dari 0,3 juta ha per tahun.

Selain itu, sektor limbah akan mengalami transformasi melalui kebijakan Zero Waste Zero Emission 2050, sementara sektor pertanian akan mengadopsi pendekatan adaptasi dan mitigasi untuk mengurangi emisi dan meningkatkan ketahanan pangan.

Salah satu sektor yang kini mendapat perhatian serius adalah sektor kelautan, yang mencakup restorasi padang lamun dan terumbu karang sebagai penyerap karbon biru, serta perlindungan infrastruktur pesisir dari dampak perubahan iklim.

Dalam mendukung implementasi Second NDC, Indonesia juga memperkenalkan Sistem Registri Nasional (SRN), platform transparansi yang memungkinkan masyarakat untuk memantau progres pelaksanaan kebijakan iklim, termasuk pencapaian di berbagai sektor.

Masyarakat juga didorong untuk berpartisipasi aktif dalam program kampung iklim (ProKlim) yang telah menjangkau lebih dari 5.000 desa di seluruh Indonesia, dengan target pada 2035 dapat mencakup 20.000 desa.

"Perubahan iklim tidak mengenal batas wilayah atau status sosial. Kita semua terdampak, dan kita semua bisa berperan. Mari jadikan Second NDC sebagai gerakan bersama," urai Menteri LH.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar