c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

14 November 2025

08:09 WIB

Depo Sampah Di Kota Yogya Dipasangi Timbangan Digital

Timbangan digital itu tidak digunakan sebagai pembatas tonase, melainkan untuk mengetahui realitas volume timbulan sampah secara lebih akurat.  

Editor: Rikando Somba

<p>Depo Sampah Di Kota Yogya Dipasangi Timbangan Digital</p>
<p>Depo Sampah Di Kota Yogya Dipasangi Timbangan Digital</p>

Ilustrasi pekerja memindahkan tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta. Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah

YOGYAKARTA - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta memasang timbangan digital di depo-depo sampah untuk mengantisipasi lonjakan timbulan sampah jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Pemasangan timbangan digital  untuk memastikan pencatatan volume sampah harian di setiap depo.

Alat itu tidak digunakan sebagai pembatas tonase, melainkan untuk mengetahui realitas volume timbulan sampah secara lebih akurat.  

Hingga kini, DLH Kota Yogyakarta masih mendapat dukungan DLHK DIY untuk pembuangan sampah ke TPST Piyungan, Bantul. DLH Kota Yogyakarta mengajukan kuota 300 ton per minggu untuk pengangkutan selama periode tersebut.

"Tidak ada batasan sebenarnya. Jadi, timbangan lebih untuk mengukur, kaitannya dengan realitas, sebenarnya berapa sih dari sampah kita. Intinya untuk pendataan," ujar Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLH Kota Yogyakarta Ahmad Haryoko di Gedung DPRD DIY, Kota Yogyakarta, Kamis (13/11).

Dia menyebutkan, kini timbangan itu baru terpasang di delapan titik. Targetnya ada di 13 titik depo sampah. 

Delapan depo yang telah dipasang timbangan digital saat ini adalah Depo Lapangan Karang, THR, Pura Wisata, Argolubang, Mandala Krida, Pringgokusuman, Nitikan, Utoroloyo, dan Sorosutan.

Haryoko mengatakan seluruh pemasangan timbangan digital ditargetkan rampung pada Desember 2025, termasuk satu lokasi yang belum dipasangi perangkat, yakni depo di dekat RRI Kotabaru, Yogyakarta.


Soal kuota untuk pembuangan sampah ke TPST Piyungan, Bantul, Haryoko menyebut masih  mencukupi. Kini, rata-rata produksi sampah harian Kota Yogyakarta mencapai sekitar 200 ton karena sebagian ditangani melalui unit-unit pengolahan.

"Tidak hanya kemudian mengandalkan TPA saja. Kami optimalkan juga di unit pengolahannya," kata dia.

Ia memastikan kuota 300 ton per minggu itu akan berlaku hingga awal Januari 2026.

Apabila TPST Piyungan resmi ditutup pada Januari 2026, menurut dia, DLH akan mengoptimalkan kapasitas pengolahan oleh pihak swasta. Salah satunya melalui ITF Bawuran yang, menurut Haryoko, telah menyampaikan komitmen untuk meningkatkan kapasitas pengolahan sampah.

Bersihkan Sampah Pasar
Pada kesempatan berbeda, Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso mengatakan Gerakan Nasional Membersihkan Pasar Nusantara (Gernas Mapan) merupakan upaya untuk mewujudkan kebersihan hingga pengelolaan ekosistem sampah di pasar.

“Gernas Mapan tidak hanya menekankan pada aspek kebersihan tetapi juga pengelolaan ekosistem sampah di pasar,” katanya di Surabaya, Kamis.

Menteri Budi mengatakan bahwa Gernas Mapan merupakan bentuk kerja sama antara Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH). 

Salah satu kampanye Gernas Mapan dilaksanakan Mendag melalui kunjungannya ke Pasar Sememi, Surabaya, untuk menyasar para pedagang dan menyosialisasikan mengenai pengelolaan ekosistem kebersihan pasar yang baik dan tepat.

Pasar Sememi sendiri memiliki waste station sehingga secara ekosistem pengolahan sampahnya sudah ada mulai dari tempat dan cara menaruh sampah hingga proses pengolahannya.

“Cara menaruh di mana, kemudian nanti mau diproseskan menjadi apa sudah ada semua. Tinggal sekarang bagaimana para pedagang ini mengumpulkan dan membersihkan sampah dengan baik," katanya.

Ia menekankan pasar tradisional yang bersih akan berdampak langsung terhadap kenyamanan pedagang dan pembeli. Menteri Budi juga memastikan pihaknya juga akan mendorong pasar-pasar tradisional lain agar bisa beradaptasi dengan tren penjualan daring.

"Banyak pasar rakyat yang sudah kami bina, pasarnya tetap ada secara fisik tapi transaksi banyak dilakukan secara 'online'. Konsep yang kami dorong adalah omnichannel yaitu jualan fisik tetap ada tapi juga melayani penjualan 'online'," katanya.

Dikutip dari Antara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Dedik Irianto mengatakan Pasar Sememi memiliki pengelolaan sampah yang cukup baik melalui keberadaan waste station dan bank sampah.

"Yang menarik di pasar (Sememi) itu ada rekosistem (waste station). Sampah yang dikelola oleh rekosistem itu bisa mengurangi sampah ke TPA Benowo hingga 1,7 sampai 1,8 ton per bulan,” ujar Dedik.

Dedik mengatakan bahwa sistem rekosistem tidak hanya diterapkan di pasar, tetapi juga di sejumlah kawasan perumahan dan ruang publik di Surabaya. Ia menjelaskan bahwa rekosistem tidak terbatas pada pengelolaan sampah pasar, dengan lima titik penerapan di Surabaya, termasuk di kawasan MERR dan beberapa area perumahan. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar