31 Oktober 2024
12:24 WIB
Butuh Teknologi Bagi Garam Lokal Jadi Garam Industri
Produksi garam lokal secara jumlah tak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri seperti garam industri.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Pekerja mengumpulkan hasil panen garam di Desa Bontomanai, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Kami s (2/11/2023). Antara Foto/Arnas Padda.
JAKARTA - Kepala Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hens Saputra, memaparkan Indonesia perlu teknologi untuk meningkatkan kualitas garam rakyat menjadi garam industri.
“Kebutuhan garam nasional lebih dari empat juta ton per tahun, tapi produksinya tak sampai 2,5 juta ton,” urai Hens dikutip dari laman BRIN, Kamis (31/10).
Selanjutnya, garam lokal yang memenuhi syarat mutu garam konsumsi sekitar 700 ribu ton/tahun. Sedangkan, garam rakyat yang tidak terserap pasar, sekitar 50% tidak memenuhi garam industri, sehingga Indonesia harus impor sekitar tiga juta ton per tahun.
Hens menegaskan pentingnya garam tidak hanya sebagai bumbu masakan, tetapi juga sebagai bahan baku industri untuk produk seperti deterjen dan plastik. Saat ini, garam lokal telah memenuhi standar untuk konsumsi, namun belum memenuhi syarat untuk industri karena kualitasnya yang belum optimal.
Garam industri, lanjut dia, membutuhkan kadar NACL minimal 97%. Serta, harus memenuhi standar kalsium serta magnesium yang lebih ketat.
Hens mengutarakan, upaya untuk menurunkan kadar magnesium dan kalsium dalam garam rakyat selama ini menjadi kendala.
BRIN, sambung dia, telah mengembangkan teknologi pengolahan dengan kapasitas besar di Manyar, Gresik, Jawa Timur, yang dapat memproduksi garam berkualitas tinggi hingga 99,7% NACL. Proses ini melibatkan penggunaan teknologi hidrosiklon untuk memisahkan kontaminan.
“Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas garam, tetapi juga memberdayakan 1.000 petani garam, dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor industri. Dengan penerapan teknologi ini, diharapkan harga garam lokal bisa bersaing dengan garam impor yang lebih murah,” urai Hens.
Hens juga menguraikan potensi pemanfaatan limbah pengolahan garam yang dapat diolah menjadi bahan baku farmasi. Kemudian, inovasi produksi air bersih dari teknologi membrane yang diintegrasikan dengan produksi garam.
Semua langkah BRIN, lanjut dia, merupakan komitmen untuk meningkatkan nilai tambah garam rakyat. Serta, mendukung ketahanan pangan serta industri dalam negeri.