29 Oktober 2024
10:33 WIB
BRIN Sarankan Ada Roadmap Pesisir
Roadmap pesisir termasuk dalam pembangunan berlandaskan ekonomi baru yang masuk dalam rencana Teknokratik RPJMN 2025-2029.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Foto udara pelabuhan dan bangunan di kawasan pesisir utara Jakarta, Rabu (17/1/2024). Antara Foto/Yulius Satria Wijaya.
JAKARTA - Kepala Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler (PR EPS) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Umi Karomah Yaumidin menyarankan pembentukan roadmap posisi tata ruang darat dan laut menjadi lebih optimal dan tidak tumpang tindih.
Saran itu, dia sampaikan terkait fokus pemerintah pada ekonomi biru, sebagai salah satu pilar bagi pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hal ini tertuang dalam rencana Teknokratik RPJMN 2025-2029.
“BRIN berharap makin banyak riset tentang wilayah laut dan darat, agar wilayah tersebut berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat,” papar dia dikutip dari laman BRIN, Senin (28/10).
Dia menambahkan pembangunan kawasan pesisir harus mengacu pada ekonomi biru, sebagai salah satu pilar pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hal ini tertuang dalam rencana Teknokratik RPJMN 2025-2029.
Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pakuan Bogor, Mudjio menilai, perencanaan tata ruang darat dan laut begitu penting. Karena, menurut data PBB diperkirakan terjadi peningkatan penduduk perkotaan dari 2,9 miliar pada 1990-an menjadi 5,0 miliar pada 2030.
“Ini menjadi tantangan ke depan, mengingat rata-rata populasi penduduk berada di daerah pesisir yang meliputi darat dan laut,” ungkap dia.
Dia mengingatkan, ada dampak bila perencanaan wilayah di daerah perbatasan darat laut atau pesisir yang kurang tepat. Seperti kasus yang terjadi di wilayah pantura yakni Pekalongan, Demak, dan wilayah lain yang mengalami banjir rob.
Dari hasil penelitiannya pada kejadian banjir rob di wilayah tersebut, ternyata rob yang terjadi tergolong besar sepanjang 10 tahun. Menurut pendapat dia, hal ini disebabkan dari dampak perencanaan wilayah di pesisir laut yang kurang diperhitungkan.
“Dampak naiknya permukaan laut atau banjir rob menyebabkan antara lain erosi pantai, genangan, banjir badai, perambahan air pasang ke muara dan sistem sungai. Selanjutnya, kontaminasi cadangan air tawar dan tanaman pangan, hilangnya pantai, serta pergeseran tutupan lahan dataran rendah pesisir, dan lahan basah,” urai dia.
Faktor alam ini, menurut dia, juga menjadi salah satu bagian yang harus dllihat pada saat mengembangkan ekonomi biru, misalnya terkait perubahan iklim dan sebagainya.
“Dari hasil penelitian kami, jika berbicara ekonomi biru pasti tertumpu ke urban kostel atau perkotaan pesisir. Sebagian besar di Indonesia bahkan di dunia, sekitar dua pertiga dari perkotaan letaknya di pesisir,” lanjut dia.