c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

18 November 2024

15:41 WIB

BNPB Minta Pemda Siap Hadapi Bencana Hidrometeorologi Basah

Bencana hidrometeorologi basah menjadi bencana yang terbanyak di Indonesia sejak 2014.

Penulis: Aldiansyah Nurrahman

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>BNPB Minta Pemda Siap Hadapi Bencana Hidrometeorologi Basah</p>
<p>BNPB Minta Pemda Siap Hadapi Bencana Hidrometeorologi Basah</p>

Ilustrasi awan gelap di langit kota Jakarta. BNPB ingatkan pemda untuk antisipasi bencana hidrometeorolg basah. ANTARAFOTO/Galih Pradipta.

JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal (Letjen) TNI Suharyanto mengingatkan, daerah harus siap siaga menghadapi bencana hidrometeorologi basah.

“Karena, laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada November 2024 sampai awal 2025 curah hujan tinggi,” papar Suharyanto saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, di gedung Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Senin (18/11).

Bencana yang termasuk dalam hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, serta gelombang pasang dan abrasi.

Dia mengingatkan, catatan bagi para kepala daerah, periode November-Desember dari 2014-2023, bencana di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi basah, ada 96,1%. 

Jumlah 96,1% tersebut, setara dengan 6.146 kejadian bencana. Rinciannya, banjir 2.260, cuaca ekstrem 2.233, tanah longsor 1.599 kejadian, serta gelombang pasang dan abrasi 54.

Secara historis, Suharyanto mengungkapkan, provinsi dengan hidrometeorologi basah tertinggi dalam 10 tahun terakhir terjadi di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Untuk kabupaten/kota, dia menyebutkan yang tertinggi adalah Bogor, Cilacap, Sukabumi, Bandung, dan Semarang.

“Kelihatannya memang Jawa Barat dengan Jawa Tengah ini masih dominan terjadinya bencana hidrometeorologi basah,” ujar dia.

Untuk itu, langkah yang harus dilakukan pemda, yang pertama adalah dapatkan informasi dari BMKG mengenai kondisi cuaca sesuai dengan daerahnya masing-masing.

Suharyanto mencatat sejak awal tahun hingga 18 November 2024 terjadi 1.756 kali bencana. Bencana hidrometeorologi menjadi bencana yang paling sering atau setara 98,75% bencana pada 2024 dan sisanya bencana geologi sebanyak 1,25%.

Dia mengungkapkan, bencana pada 2024 yang berjumlah 1.756 lebih sedikit dibandingkan tiga tahun sebelumnya.

Pada 2023 ada 5.400 selain hidrometeorologi basah ada hidrometeorologi kering yaitu kebakaran hutan dan lahan karena El Nino.

Adapun rincian bencana ini berdasarkan jenisnya, untuk yang termasuk geologi, yakni gempa bumi 17 dan erupsi gunung api lima bencana.

Bencana hidrometeorologi, banjir mencapai 862, cuaca ekstrem ada 373, kebakaran hutan dan lahan terjadi 335 kali, tanah longsor 100 kejadian, kekeringan sebanyak 53, serta gelombang pasang dan abrasi ada 11.

Tercatat dampak dari bencana alam itu menyebabkan sebanyak 403 orang meninggal dunia, 50 orang hilang, 999 orang luka-luka atau sakit, dan 5.082.500 orang menderita dan mengungsi.

Suharyanto mencatat sejak awal 2024 sampai 18 November 2024, terjadi 1.756 kali bencana. Bencana hidrometeorologi paling banyak.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar