05 September 2024
18:13 WIB
BNPB Gelar Latihan Kedaruratan Di Empat Daerah
Empat daerah itu diprediksi oleh para ilmuwan berpotensi terjadi gempa bumi dan tsunami megathrust. Latihan kedaruratan dilakukan untuk persiapan, bukan untuk menyebarkan ketakutan.
Editor: Rikando Somba
Petugas mengoperasikan Warning Receiver System New Generation pada alat pendeteksi dini gempa di Kan tor BMKG Kelas III Ternate, Ternate, Maluku Utara, beberapa waktu lalu. Antara Foto/Andri Saputra
TUAPEJAT- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) menggelar apel serta simulasi penanganan darurat untuk mengantisipasi potensi megathrust di kabupaten setempat, Kamis (5/9). Kegiatan serupa juga dilakukan BNPB di empat daerah lain, namun dipusatkan di Mentawai yang berjulukan "Bumi Sikerei".
Empat daerah itu diprediksi oleh para ilmuwan berpotensi terjadi gempa bumi dan tsunami dalam skala megathrust. Tiga lainnya adalah Pangandaran, Cilacap, dan Pandeglang.
Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Kepala BNPB Suharyanto, Kapolda Sumbar Irjen Pol Suharyono, Wakil Gubernur Audy Joynaldi, Penjabat Bupati Mentawai, Ketua DPRD, dan lembaga terkait lainnya. "Hari ini dilakukan apel kesiapsiagaan serta simulasi secara mandiri untuk mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami dengan skala megathrust," kata Suharyanto di Tuapejat, Kepulauan Mentawai.
Ia mengatakan lewat kegiatan tersebut BNPB bersama pemerintah daerah serta instansi terkait ingin melihat kondisi langsung di lapangan, sekaligus mengevaluasi kesiapan mitigasi bencana. Namun demikian, ia meminta masyarakat agar menyikapi prediksi ilmuwan terkait megathrust itu secara bijaksana, tanpa kekhawatiran atau ketakutan yang berlebihan. Ditegaskannya, potensi megathrust yang belakangan ini muncul ke hadapan publik bukanlah kejadian yang baru dan tiba-tiba begitu saja.
Sampai sekarang belum ada ilmu pengetahuan atau ahli yang bisa memprediksi dengan pasti kapan dan di mana bencana alam itu akan terjadi. Karena itu, akan lebih baik menyiapkan mitigasi, meningkatkan pemahaman, kesiapan, serta kesiapsiagaan secara lebih maksimal ketimbang larut dalam ketakutan berlebihan.
"Indonesia dengan posisi yang strategis sudah memiliki potensi itu sejak dulu, contohnya kejadian gempa bumi dan tsunami di Aceh (2004), Padang (2009), dan Mentawai (2010)," jelasnya.
Dikutip dari Antara, sebagai agenda mitigasi, sampai saat ini tercatat sudah 3.000 desa tangguh bencana yang diprakarsai oleh BNPB, yang tersebar di berbagai kabupaten atau kota. "Kita berdoa dan berharap gempa dan tsunami dengan skala megathrust itu tidak terjadi, tapi seandainya terjadi pun kita sudah punya persiapan. Targetnya adalah meminimalisasi dampak bencana sekecil mungkin," katanya.
Edukasi Bencana
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Ambon mengedukasi masyarakat di wilayah pesisir terkait upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.
"Untuk mitigasi bencana kami mengoptimalkan kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat yang berasa di wilayah pesisir, melalui kegiatan sekolah lapang BMKG," kata kepala BMKG Stasiun Geofisika Klas I Ambon Djati Cipta Kuncoro di Ambon, Kamis.
BMKG bersama pemerintah daerah (pemda) baik BPBD provinsi dan kabupaten/kota terus memperkuat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi gempa bumi megathrust yang dapat memicu terjadinya tsunami. Upaya edukasi masyarakat untuk sadar dan siap siaga gempa bumi dan tsunami, dengan mengimbau masyarakat tidak panik namun tetap mewaspadai potensi gempa.
Ia menyatakan informasi yang diterima dari BPBD Provinsi Maluku, masyarakat di Desa Tial, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, memilih untuk mengungsi dari wilayah pesisir pantai ke kawasan perbukitan. Di sana, warga bukan hanya mengungsi tetapi mulai membangun rumah di kawasan perbukitan karena khawatir akan ancaman potensi gempa bumi megathrust yang dapat memicu terjadinya tsunami.