c

Selamat

Minggu, 5 Mei 2024

NASIONAL

18 Januari 2023

16:28 WIB

BNN Tegaskan Tolak Legalisasi Ganja Medis

Jika tak tolak legasisasi ganja medis, khawatir lebih sering digunakan untuk rekreasi daripada untuk medis

Penulis: Gisesya Ranggawari

Editor: Leo Wisnu Susapto

BNN Tegaskan Tolak Legalisasi Ganja Medis
BNN Tegaskan Tolak Legalisasi Ganja Medis
Ilustrasi ganja medis. Seorang pekerja merawat tanaman ganja di pertanian Rak Jang, Nakhon Ratchasima, Thailand. Antara Foto/Reuters/Chalinee Thirasupa

JAKARTA - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Petrus Reinhard Golose menegaskan selama menjabat sebagai Kepala BNN, tidak akan pernah menyetujui legalisasi ganja medis. Sebab menurutnya masih ada obat alternatif lain untuk kebutuhan medis.

"Saya sebagai Kepala BNN tidak akan pernah menyetujui ganja untuk medis, baik kandungan CBD-nya atau apa," ujar Petrus dalam rapat bersama Komisi III DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (18/1).

Dia menyatakan khawatir, jika memaksakan legalisasi ganja untuk medis akan banyak dampak buruk yang ditimbulkan. Maka, menurut dia, lebih baik menyelamatkan anak bangsa dan budaya bangsa dengan menghindari ganja kepada masyarakat luas.

Di dunia internasional juga ganja lebih sering digunakan sebagai rekreasi dibandingkan untuk medis. Contohnya di Thailand yang sudah melegalkan ganja, masih ada perdebatan antara pemerintah dan badan narkotikanya.

Untuk itu, ketimbang mengambil risiko besar, lebih baik menghindari legalisasi ganja. Sebab dia khawatir ganja akan lebih sering digunakan untuk rekreasi daripada untuk medis.

"Seandainya bapak pulang ke rumah lihat cucu atau anak lagi nge-gele gimana perasaannya? Kita lihat anak merokok saja kadang marah," tegas Petrus.

Sebelumnya di rapat yang sama, Anggota Komisi III DPR, I Wayan Sudirta mempertanyakan alasan Indonesia belum menyetujui legalisasi ganja untuk kebutuhan medis. Padahal, di Thailand sudah dibebaskan untuk keperluan medis.

Menurut dia, seharusnya penyalahgunaan ganja yang ditindak, bukan penanaman tanaman ganja. Lantaran, ganja bisa banyak berguna untuk keperluan medis atau pun kuliner.

"Kita juga di Indonesia butuh ganja untuk medis. Kalau yang ditindak itu penyalahgunaannya saya setuju, tapi kalau untuk medis ini diperlukan," kata Wayan.

Diketahui DPR RI masih membuka peluang legalisasi ganja bagi kepentingan medis meski Mahkamah Konstitusi (MK) telah menolak gugatan terkait legalisasi ganja medis. Peluang ini ada dalam revisi Undang-Undang (UU) Nomor 35 Tahun 1999 tentang Narkotika.

Dalam revisi UU Narkotika, pada Pasal 8 ayat 1 yang melarang ganja dipergunakan sebagai alat penelitian akan direvisi. Harapannya agar tanaman ganja bisa diteliti untuk kebutuhan medis walaupun masuk ke golongan 1 narkotika.

Peneliti Ganja dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Profesor Musri Musman mengatakan, hanya ada satu kandungan dari tanaman ganja yang berbahaya karena membuat halusinasi, yaitu Tetrahidrokanabinol atau THC.

Namun, ada tiga kandungan lain yang merupakan bahan baku obat-obatan, yaitu Kanabidiol atau CBD, Kanabigerol (CBG) dan Kanabikrom (CBC). 

Maka, menurut dia dari sisi kemanfaatan tumbuhan ganja bisa dipergunakan untuk keperluan medis dengan penelitian panjang.

"Pada konsep dasar, hanya kandungan THC yang satu-satunya bisa menghasilkan halusinasi. Kandungan lainnya seperti CBD, CBG dan CBC merupakan bahan baku obat-obatan," ujar Musri di DPR beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan, kandungan THC juga tidak muncul pada tanaman ganja yang masih segar. Tanaman ganja sejatinya bukan termasuk psikotropika karena mengandung CBGA, kandungan THC hanya akan muncul ketika melalui proses pengeringan dan pembakaran yang kemudian dihisap.

Selain untuk keperluan medis, tanaman ganja juga disebut Musri bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan nutrisi. 

Berdasarkan penelitian, minyak biji ganja mengandung nutrisi setara satu telur ayam.

Minyak biji ganja dari hasil ekstrak yang menghasilkan Cannabidiol (CBD) mampu dicerna 100% oleh tubuh dan tidak mengandung halusinasi. Sebab di dalam biji ganja terkandung edestin sebanyak 65% dan albumin sebanyak 35%. 

"Pemanfaatan biji ganja mengandung sejumlah nutrisi untuk kehidupan kita, tidak akan meracuni karena nilai nutrisi yang terkandung begitu tinggi, seperti kita makan satu telur ayam," papar Musri.

Minyak biji ganja juga memiliki kandungan omega 6 dan omega 3 dengan perbandingan 3:1. 

Menurut hasil penelitian, jumlah kandungan ini sempurna untuk asupan nutrisi manusia, hal ini diakui oleh FAO (Badan Pangan Dunia).

"Dalam arti lain, satu sendok minyak ganja mampu menggantikan nutrisi untuk satu hari. Ini mencengangkan karena belum ada tumbuhan yang bisa memberikan nutrisi seperti ini," imbuh dia.

Menurutnya, pemanfaatan minyak biji ganja juga mampu menurunkan tingkat stunting di Tanah Air. Sebab, kandungan nutrisi dan vitamin di dalam minyak biji ganja cukup baik untuk pertumbuhan anak.

Di dalam pemanfaatan biji ganja, terkandung vitamin B1 dan B2 yang kaya akan nutrisi. Selain itu, biji ganja juga mengandung 9 dari 10 asam amino yang diperlukan oleh tubuh manusia.

"Ini hasil mencengangkan, jadi pemanfaatan ganja lewat kandungan CBD ini tidak semata-mata untuk medis tapi untuk nutrisi juga karena Indonesia punya banyak ahli yang bisa melakukan penelitian itu," tandas Musri. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar