c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

19 Juli 2024

13:17 WIB

BMKG Urai Tujuan Pembangunan Tower Pemantau GRK 

Tower Pemantan GRK akan dibangun di beberapa titik guna mengukur konsentrasi GRK secara lebih akurat.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>BMKG Urai Tujuan Pembangunan Tower Pemantau GRK&nbsp;</p>
<p>BMKG Urai Tujuan Pembangunan Tower Pemantau GRK&nbsp;</p>

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam peresmian Tower GRK 100 meter di Jambi, Kamis (18/7/2024). Humas BNKG.

JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, pembangunan Tower Pemantau Gas Rumah Kaca (GRK) di sejumlah daerah untuk menekan emisi gas rumah kaca.

Ia menyebutkan, BMKG terus berupaya menekan emisi gas rumah kaca untuk menahan laju perubahan iklim global. Salah satunya dengan pembangunan tower gas rumah kaca (GRK) beserta pos pemantauan GRK di sejumlah wilayah di Indonesia. 

“Kami tengah mengembangkan program Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS), implementasinya melalui pembangunan tower untuk mengamati gas rumah kaca lalu dilakukan perhitungan melalui model kimia atmosfer,” lanjut Dwikorita.

Ia menjelaskan, Tower Pemantau Gas Rumah Kaca yang akan dipasang di berbagai lokasi strategis di Indonesia akan mengukur konsentrasi gas rumah kaca secara lebih akurat. Menara ini dirancang untuk mendapatkan data yang akurat tentang konsentrasi gas-gas ini di berbagai ketinggian di atmosfer. 

Dengan demikian, pemerintah dapat memahami bagaimana gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O), terdistribusi. Dengan demikian mereka bisa menciptakan kebijakan yang lebih tepat sasaran dan membantu memitigasi perubahan iklim yang terjadi. 

“Program ini bertujuan untuk memantau dan melaporkan konsentrasi dan flux gas rumah kaca secara global, yang dapat memberikan informasi komprehensif atas siklus GRK di atmosfer dan permukaan Bumi, agar prediksi masa depan iklim dapat dilakukan dengan lebih baik lagi,” lanjut Dwikorita. 

Kepala BMKG menambahkan, fenomena perubahan iklim semakin mengkhawatirkan serta memicu dampak yang lebih luas. Hal itu terlihat dari berbagai peristiwa alam terkait iklim, dari suhu udara yang lebih panas, terganggunya siklus hidrologi, hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia. 

Jadi, perlu upaya lebih dan konsisten dari seluruh negara untuk menahan laju perubahan iklim tersebut. Sebab jika tidak dilakukan upaya mititgasi yang tepat dampak perubahan iklim akan semakin parah bagi masyarakat. 

“Kekhawatiran akan cuaca ekstrem ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kekhawatiran terhadap misinformasi dan disinformasi akibat artificial intelligence (AI), polarisasi sosial dan politik, krisis biaya hidup, serangan siber, pelemahan ekonomi, dan lain sebagainya,” lanjut Dwikorita.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar