26 November 2024
17:28 WIB
BMKG Prediksi Suhu Di Indonesia Lebih Panas 2025
Meski suhu di Indonesia akan lebih panas pada tahun 2025, kondisi tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan, lantaran di tahun yang sama juga diprediksi tidak akan terjadi anomali iklim yang signifikan
Penulis: Gisesya Ranggawari
Editor: Nofanolo Zagoto
BMKG memprediksi suhu di Indonesia lebih panas pada tahun 2025. Foto ilustrasi: wanita meminum air mineral di tengah cuaca panas. Shutterstock/Flotsam
JAKARTA - Pengamat Meteorologi dan Geofisika dari Direktorat Perubahan Iklim BMKG, Yohanes Agung Kristomo, memprediksi suhu bumi di Indonesia akan meningkat pada tahun 2025. Di sepanjang 2025, suhu Indonesia diprediksinya akan lebih hangat dibandingkan kondisi normal.
"Peningkatannya sebesar 0,05 derajat celcius sampai 0,55 derajat celcius," ujar Yohanes dalam diskusi di Ditjen PPI Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta, Selasa (26/11).
Kendati demikian, kondisi tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan, karena diprediksi juga pada tahun 2025 tidak akan terjadi anomali iklim yang signifikan. Lantaran El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam kondisi netral.
"ENSO dan IOD netral sepanjang tahun 2025, namun La Nina lemah diprediksi terjadi pada awal tahun 2025 dengan potensi 57%," ungkap Yohanes.
Sedangkan sifat hujan di wilayah Indonesia diprediksi secara umum pada tahun 2025 masih dalam kategori normal. Wilayah yang mengalami sifat hujan lebih tinggi ada di sebagian Sumatra, Sulawesi, NTT sebagian Maluku dan sebagian Papua Tengah.
Kemudian, prediksi curah hujan akan berkisar antara 1000-5000 milimeter per tahun. Ada beberapa wilayah dengan curah hujan tinggi seperti, Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan, Jawa Barat, Sulawesi Tengah dan Papua.
Dia menjelaskan, kondisi zona musim di Indonesia tidak menentu. Maka, musim kemarau tidak selalu dimulai bulan Maret dan musim hujan tidak selalu dimulai pada bulan September.
"Dulu waktu sekolah musim kemarau dari Maret sampai Agustus, musim hujan dari September, tapi di Indonesia beragam tidak seragam," ucap Yohanes.
Dia menerangkan, di Indonesia terbagi menjadi 699 zona musim, karena setiap wilayah zona musimnya berbeda-beda. Ada sebagian yang lebih dahulu hujan atau kemarau, bahkan ada beberapa daerah yang kemarau panjang serta hujan terus menerus.
"Kami memberikan kategori zona musim berbagai wilayah sesuai dengan karakteristik wilayahnya, jadi banyak," bebernya.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati sempat mengingatkan dari hasil berbagai studi mengungkap saat ini kenaikan suhu global sudah 1,45 derajat celsius di atas rata-rata periode pra-industri tahun 1850-1900.
Menurutnya hal ini berdampak pada akselerasi kenaikan muka laut yang terus menerus naik dari dekade ke dekade. Rata-rata kenaikan muka air laut global berada di level 2,1 mm per tahun antara 1993 dan 2002, dan menjadi 4,4 mm per tahun antara 2013 dan 2021 atau meningkat dua kali lipat di antara periode tersebut.
Menurut dia perubahan iklim mencakup berbagai aspek, termasuk peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, kenaikan air laut, serta dampaknya terhadap lingkungan dan manusia.
Bahkan suhu dunia saat ini sudah mendekati batas yang disepakati bersama pada Perjanjian Paris COP21 pada 12 Desember 2015. Saat itu, seluruh dunia sepakat harus membatasi kenaikan suhu rata-rata global di angka 1,5 derajat celsius.
"Faktanya, saat ini kenaikan suhu melaju lebih cepat dan sudah mencapai kenaikan 1,45 derajat celsius di atas suhu rata-rata di masa pra-industri," kata Dwikorita.