c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

27 Juli 2022

17:48 WIB

BMKG: Potensi Gempa Megathrust M 8,7 Bukan Sekadar Ramalan

Kabupaten Cilacap berada di pantai selatan Jawa Tengah yang menghadap langsung zona tumbukan lempeng, antara lempeng Samudra Hindia dan lempeng Eurasia

BMKG: Potensi Gempa Megathrust M 8,7 Bukan Sekadar Ramalan
BMKG: Potensi Gempa Megathrust M 8,7 Bukan Sekadar Ramalan
Ilustrasi jalan rusak akibat pandemi. dok. Antara

CILACAP – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, potensi gempa megathrust dengan magnitudo (M) 8,7 di pantai selatan Jawa Tengah, bukanlah ramalan atau prediksi. Hal tersebut juga tak sekadar analisis kemungkinan terburuk dari potensi bencana yang bakal terjadi.

"Ini bukan prediksi, bukan ramalan, belum tentu terjadi. Itu bukan hanya analisis pakar gempa bumi dan tsunami dengan memperhitungkan kemungkinan terburuk," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam keterangannya yang dilansir Antara, Rabu (27/7).

Ia mengingatkan, Kabupaten Cilacap berada di pantai selatan Jawa Tengah yang menghadap langsung zona tumbukan lempeng, antara lempeng Samudra Hindia dan lempeng Eurasia. Menurut dia, tumbukan lempeng tersebut merupakan zona gempa megathrust yang skenario terburuknya apabila terjadi gempa di pusat tumbukan itu kekuatannya mencapai M 8,7.

"Kita ini di wilayah Indonesia yang rawan gempa bumi, termasuk juga di Kabupaten Cilacap," serunya.

Menurut dia, kemungkinan terburuk itulah yang menjadi dasar acuan untuk melakukan mitigasi. Nah,untuk mengurangi atau mengendalikan risiko, bila sewaktu-waktu terjadi gempa atau tsunami, masyarakat sudah siap. Baik dari sisi sarana-prasarananya, keterampilannya untuk menyelamatkan diri, jalur evakuasinya, dan tempat-tempat aman untuk mengungsi.

Dengan kesiapan yang ada, kata dia, ketika terjadi gempa megathrust berdasarkan skenario terburuk itu, korban jiwa pun bisa dihindarkan.

"Gempanya tidak bisa dicegah, tsunami tidak bisa dicegah, tetapi korban jiwanya yang dicegah. Inilah yang menjadi tujuan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami. Agar kalau sewaktu-waktu terjadi, Insyaallah masyarakat semestinya sudah siap dan tidak terjadi korban jiwa," katanya.

Sebarluasan Ilmu
Terkait dengan hal itu, Dwikorita meminta kepada sukarelawan yang mengikuti kegiatan agar tidak menyimpan ilmunya untuk diri sendiri, tetapi menyebarluaskan pengetahuannya kepada sanak saudara, kerabat atau masyarakat sekitar. Pengetahuan tersebut menurutnya pentiing untuk tersebar, agar orang yang selamat dari gempa bumi dan tsunami makin banyak.

Selain itu, pihaknya juga memohon kepada setiap Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) khususnya BPBD Kabupaten Cilacap untuk lebih sering menggelar latihan atau gladi evakuasi

"Agar bila sewaktu-waktu terjadi, masyarakat sudah paham terhadap apa yang harus dilakukan. Sehingga tidak panik dan bisa melakukan evakuasi dengan cekatan dan terampil," kata Dwikorita.

Senada, Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji mengatakan gempa dan tsunami tidak ada yang bisa memrediksi. "Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, semuanya harus siap. Tapi siapnya bukan sekadar siap," katanya.

Menurut dia, kesiapan tersebut harus didasari dengan pengetahuan yang dimiliki masyarakat, khususnya para sukarelawan melalui Sekolah Lapang Gempabumi. Ia pun berharap seluruh peserta Sekolah Lapang Gempabumi menyebarluaskan ilmu dan pengetahuannya kepada masyarakat luas, setelah mengikuti pelatihan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar