08 Januari 2024
20:17 WIB
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi adanya sesar baru yang belum terpetakan dan menjadi penyebab gempa bumi di Sumedang, Jawa Barat (31/12/2023) lalu.
"Memperhatikan sebaran gempa bumi susulan, tatanan tektonik, dan analisis mekanisme sumbernya, gempa bumi tersebut disebabkan oleh sesar aktif yang melewati Kota Sumedang yang semula belum terpetakan sesuai analisis data seismisitas BMKG, maka disebut Sesar Sumedang," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (8/1).
Dwikorita menyampaikan, BMKG telah melakukan survei seismisitas, survei makroseismik, survei mikrozonasi, survei deformasi dan pemotretan udara dengan lidar. Termasuk evaluasi morfotektonik, dan survei struktur sesar bawah permukaan untuk memetakan penyebab utama gempa bumi.
"Survei-survei tersebut dilakukan untuk memetakan aktivitas dan sebaran gempa bumi serta mengetahui secara detail penyebab utama terjadinya gempa bumi tersebut, termasuk mengidentifikasi dan memvalidasi jalur sesar," serunya.
Dia menyampaikan, wilayah Kabupaten Sumedang merupakan wilayah yang rawan mengalami gempa bumi dengan sumber gempa dari zona tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di Samudra Hindia.
Selain itu, dia melanjutkan, ada sesar aktif di daratan yang sudah terpetakan seperti Sesar Cimandiri, Sesar Cugenang, Sesar Lembang, Sesar Cipamingkis, Sesar Garsela, Sesar Baribis, Sesar Cicalengka, Sesar Cileunyi-Tanjungsari, Sesar Tomo, dan Sesar Cipeles. Serta beberapa sesar aktif yang belum terpetakan yang dapat memicu gempa bumi di wilayah tersebut.
Berdasarkan Katalog Gempa Bumi Merusak BMKG dari 2020, kata Dwikorita, wilayah Sumedang pada 14 Agustus 1955 mengalami gempa bumi yang menyebabkan kerusakan banyak bangunan.
Pada 19 Desember 1972 lalu, misalnya, menghadapi gempa bumi dengan magnitudo 4,5 yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan longsoran.
"Gempa yang terjadi pada 31 Desember 2023 lalu tidak hanya dirasakan di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung saja, namun juga dirasakan hingga Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, hingga Kabupaten Garut," tuturnya.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi, BMKG bersama dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kantor Pencarian dan Pertolongan, dan Kementerian Sosial bersinergi untuk meningkatkan literasi masyarakat mengenai kegempaan. Termasuk soal langkah-langkah mitigasi dan penyelamatan diri yang harus dijalankan sebelum, pada saat, dan sesudah terjadi gempa bumi.
Dwikorita mengatakan, BMKG telah menyampaikan beberapa rekomendasi upaya mitigasi kepada pemerintah daerah dan instansi terkait.
Rekomendasi yang dimaksud di antaranya tertuang dalam evaluasi rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Sumedang, dengan mempertimbangkan peta zona bahaya gempa bumi serta pelamparan sesar aktif (Sesar Sumedang).
Selain itu, BMKG menyampaikan hasil evaluasi dan penerapan aturan standar bangunan tahan gempa berdasarkan peta mikro-zonasi berbasis Peak Ground Acceleration (PGA), serta rekomendasi program edukasi dan sosialisasi kebencanaan yang berkesinambungan.
BMKG juga menyampaikan pentingnya menjaga masyarakat agar tidak mudah terpengaruh isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Muncul Ke Permukaan
Sebelumnya, Penyelidik Bumi Ahli Muda dari Pusat Survei Geologi Joko Wahyudino mengatakan, Sesar Cipeles muncul di permukaan, memotong lapisan tanah, dan merobohkan beberapa rumah. "Segmen Sesar Cipeles adalah sebuah sesar aktif yang kami temukan di lapangan," kata Joko.
Seperti diketahui, pada 31 Desember 2023, Kabupaten Sumedang diguncang gempa beruntun sebanyak tiga kali dengan magnitudo 4,1, kemudian magnitudo 3,4, dan magnitudo 4,8. Sehari berselang tepatnya pada 1 Januari 2024, gempa kembali mengguncang wilayah tersebut dengan magnitudo 4,5.
Gempa bumi beruntun selama dua hari tersebut menyebabkan sekitar 400 rumah rusak dan sekitar 500 orang mengungsi ke tempat aman. Patahan Cipeles berlokasi di Sungai Cipeles dengan arah segmen patahan barat daya-timur laut relatif ke arah utara. Segmen patahan Cipeles berada di ujung timur laut Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Pemotretan udara dan pengukuran lapangan telah dilakukan untuk mengidentifikasi struktur geologi akibat gempa pada bedrock dan batuan permukaan. Badan Geologi mengungkapkan kerusakan paling parah terjadi di Kampung Babakan Hurip. Lokasi perkampungan itu dekat dengan Sungai Cipeles.
Para penyelidik kebumian yang melakukan observasi lapangan berhasil menemukan beberapa bukti patahan, baik itu patahan tua dan patahan muda yang terjadi akibat gempa bumi. Penyelidik Bumi Ahli Muda Pusat Riset Geologi Sukahar Eka Adi Saputra mengatakan, pihaknya menginterpretasikan segmen patahan itu kembali aktif atau reaktivasi.
Berdasarkan peta geologi, secara umum batuan di pusat gempa bumi merupakan produk gunung api tua maupun muda. Patahan Cipeles memotong batuan kuarter yang mengindikasikan itu sebagai sesar aktif.
"Di timur laut ada batuan tua yang umumnya batu lempung. Kami menemukan bukti bahwa sesar itu mengiri, sepanjang retakan ada beberapa rumah rusak," papar Eka
Badan Geologi pun mengimbau untuk meningkatkan upaya mitigasi dan penataan ruang di kawasan rawan bencana gempa bumi. Kemudian, susun regulasi tingkat daerah tentang mitigasi gempa bumi.
Adapun bagi masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di kawasan rawan bencana gempa bumi, diminta mengenali sumber gempa, mengenali bahaya, menyiapkan tempat dan pelatihan, menyiapkan evakuasi mandiri, dan ikuti pengetahuan berkaitan dengan mitigasi bencana geologi.