26 Juni 2024
20:37 WIB
BKKBN: Perlu Solusi Segera Atas Penduduk Muda Yang NEET
Sebanyak 70% penduduk usia kerja memiliki kualitas rendah, sebesar 24% merupakan NEET dan 59% merupakan tenaga kerja lulusan SMP
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi Gen Z tengah menunggu wawancarai saat mencari pekerjaan. Shutterstock/chalermphon_tiam
JAKARTA -Adanya 24% penduduk usia kerja dalam kondisi tidak sedang menempuh pendidikan, bekerja, atau dalam pelatihan (Not in Education, Employment, or Training-NEET) merupakan fenomena yang merisaukan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan perlu upaya untuk mengatasi hal itu.
Rumusan kebijakan yang sesuai dengan kondisi sosial demografis di Indonesia dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang, juga untuk mendapatkan masukan tentang isu-isu kependudukan yang terjadi di Indonesia, amat diperlukan.
"Sebanyak 70% penduduk usia kerja memiliki kualitas rendah, sebesar 24% merupakan NEET dan 59% merupakan tenaga kerja lulusan SMP," ujar Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Irma Ardiana dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (26/6).
Irma menyampaikan, yang juga harus dipikirkan adalah kesenjangan antarprovinsi di Indonesia, di mana rasio ketergantungan penduduk lanjut usia (lansia) terhadap penduduk usia produktif di beberapa wilayah masih tinggi. Ini semua tersimpul dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yang juga menyebutkan bahwa persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus meningkat sejak tahun 1971.
“Persentase penduduk produktif yang lebih besar dibandingkan penduduk usia non-produktif menunjukkan bahwa Indonesia masih berada pada era bonus demografi. Namun, perlu menjadi perhatian juga bahwa Indonesia juga sedang memasuki populasi menua atau aging population, ditandai dengan persentase penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dari 10%,” katanya.

BKKBN juga memperhatikan, Pulau Jawa tercatat memberikan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi sebesar 58 persen, dan cenderung meningkat selama 10 tahun terakhir, tetapi sebaliknya di Pulau Sumatera, Nusa Tenggara, Bali, dan Kalimantan PDRB cenderung rendah.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan BKKBN Ahmad Taufik menyampaikan pentingnya peningkatan kualitas penduduk generasi Y dan Z untuk menyambut bonus demografi 2045.
“Gen Y dan Gen Z merupakan penduduk yang saat ini dan dalam beberapa tahun ke depan berada di usia produktif. Hal ini merupakan peluang bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih baik sekarang dan ke depan,” ucap Taufik dikutip dari Antara.
Permagangan
Ia juga mengingatkan pentingnya memberikan ruang bagi generasi-generasi tersebut di dalam setiap kebijakan pemerintah.“Generasi yang berkualitas menjadi modal dasar yang harus dipersiapkan sebaik mungkin. Strategisnya peran mereka dalam pembangunan, menjadikan mereka sebagai target berbagai kebijakan pemerintah,” katanya.
Sementara, terkait fenomena Ketenagakerjaan itu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan potensi pemagangan tenaga kerja asal Indonesia ke luar negeri masih terbuka lebar menyusul banyak negara kekurangan tenaga kerja. Beberapa negara yang sedang mengalami kekurangan tenaga kerja tersebut di antaranya Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara di Eropa.
"Di saat kita sedang banyak sekali mendapatkan limpahan penduduk usia produktif ada banyak negara yang sedang mengalami kekurangan tenaga kerja," katanya di sela kegiatan Sosialisasi Pemagangan Luar Negeri dan Soft Launching SMK Asy-Syarif Mitra Industri Mojokerto di Mojokerto, Jawa Timur Sabtu.
Ia mengatakan banyak juga perusahaan yang masih kekurangan tenaga ahli, ditambah lagi investasi-investasi baru yang masuk Indonesia karena ada program hilirisasi yang dilakukan oleh pemerintah. "Itu membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit setiap tahun membutuhkan tenaga ahli yang cukup banyak," katanya.