04 Oktober 2025
10:51 WIB
Berjuang Keras Identifikasi Korban Pesantren Ambruk di Sidoarjo
Petugas berjuang untuk identifikasi jenazah korban pesantren ambruk di Sioarjo karena beberapa hal.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum bisa mengidentifikasi sembilan jenazah korban ambruknya Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. Proses identifikasi yang dilakukan oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur dan Mabes Polri menemui kesulitan.
"Kesulitannya adalah korban-korban ini masih anak-anak, jadi dia belum punya KTP, belum pernah punya identitas sidik jari," ujar Kepala BNPB, Suharyanto, dalam konferensi pers di Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (4/10), seperti dipantau secara daring.
Dia melanjutkan, jenazah juga dievakuasi menggunakan alat berat tiga hari setelah ambruknya pesantren. Hal ini membuat kondisi korban secara visual sudah banyak berubah, sehingga proses identifikasi memakan waktu lama.
Dia menyebutkan, kini proses identifikasi dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya menggunakan tes DNA. Tim DVI pun sudah mengambil sampel DNA dari 57 pasangan orang tua korban dan hasilnya akan keluar dalam waktu beberapa hari.
Adapun selain tes DNA, proses identifikasi juga dilakukan dengan mengenali tanda-tanda medis pada jenazah, pakaian yang digunakan korban, dan identifikasi menggunakan cap sidik jari korban pada rapor atau ijazah.
"Pasti Tim DVI Mabes Polri punya solusi-solusi untuk mempercepat identifikasi," tambah Suharyanto.
Dia juga berkata, sejak semalam tim pencarian dan pertolongan gabungan sudah melakukan pembersihan secara masif di lokasi kejadian. Hal ini untuk melanjutkan pencarian 49 korban yang masih dinyatakan hilang. Kini, petugas sudah mengidentifikasi titik-titik yang kemungkinan terdapat korban.
"Mudah-mudahan per hari ini akan lebih banyak lagi yang ditemukan," harap Suharyanto.
Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Irjen Nanang Avianto mengatakan, masih menyelidiki penyebab ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny pada Senin (29/9) lalu. Proses penyelidikan harus menelaah proses pembangunan dari awal dan melibatkan tim ahli konstruksi.
"Dari proses saat runtuhnya ini sudah kita dokumenkan, kita ambil dokumentasinya, dan ini harus sampai menyeluruh penyelidikannya," ujar Nanang di Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (3/10).