c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

14 Januari 2023

12:33 WIB

Bencana Hidrometeorologi, Pahami Abrasi Dan Ablasi

Mesti ada kebijakan mitigasi untuk mencegah abrasi dan ablasi.

Editor: Leo Wisnu Susapto

Bencana Hidrometeorologi, Pahami Abrasi Dan Ablasi
Bencana Hidrometeorologi, Pahami Abrasi Dan Ablasi
Ilustrasi abrasi. Kondisi salah satu tepian Teluk Youtefa yang mengalami abrasi di kawasan Jembatan Merah Youtefa, Jayapura, Papua. Antara Foto/Sakti Karuru

JAKARTA – Bencana hidrometeorologi memicu fenomena abrasi dan ablasi. Kedua fenomena itu sama-sama menyebabkan berkurangnya luas daratan. Secara ilmiah, kedua fenomena itu bisa dijelaskan seperti berikut ini.

Sebagai negara dengan ribuan pulau, Indonesia memiliki banyak wilayah pesisir. Yakni, wilayah yang merupakan pertemuan antara darat dan laut. 

Wilayah pesisir memiliki batas ke arah darat meliputi bagian daratan kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut. Beberapa faktor memengaruhi wilayah pesisir seperti angin laut, pasang surut, dan perembesan air laut.

Ciri-ciri perairan di wilayah ini ini masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air dari darat.

Mengutip laman pgsp.big.go.id, abrasi adalah hilangnya kondaratan di wilayah pesisir. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor alami dan manusia. 

Faktor alami di antaranya adalah arus laut, gelombang, kondisi morfologi serta vegetasi yang tumbuh di pantai. Sedangkan faktor akibat aktivitas manusia adalah adanya bangunan baru di pantai, perusakan terumbu karang, penebangan atau penggunaan wilayah sabuk pantai. 

Seperti, mangrove dan break water (pemecah gelombang). Atau, untuk kepentingan lain seperti lokasi budidaya atau fasilitas lain.

Fenomena abrasi menyebabkan perubahan bentang alam sehingga terbentuknya tebing pantai (cliff), cave, arch, dan daratan abrasi. 

Cliff berupa pantai yang memiliki batuan keras dan terjal yang terjadi dari pengikisan di bagian bawah tebing. Cave merupakan sebutan dari gua yang berada di tebing pantai, arch merupakan terobosan gua hingga sampai kedua sisi tebing. Sedangkan, dataran abrasi adalah wilayah daratan yang telah mengalami pengikisan sehingga terlihat jelas apabila air surut.

Sementara, di daerah aliran sungai (DAS) juga dapat terjadi pengikisan yang disebut ablasi.

Kecepatan aliran air, banyaknya volume air, dan proses transportasi sedimen adalah berbagai faktor yang memengaruhi cepat lambatnya proses pengikisan. Sama seperti abrasi, fenomena ablasi juga menyebabkan perubahan sehingga membentuk bentang alam yang baru.

Seperti, meander atau sungai yang berliku. Jika, terjadi terus menerus maka akan membentuk oxbow lake.

Kedua fenomena tersebut memberikan dampak buruk dengan semakin mundurnya garis daratan dari wilayah perairan. Hal tersebut akan memberikan ancaman terhadap pemukiman maupun ekosistem yang ada di belakang garis pantai dan DAS. 

Karena itu, dibutuhkan upaya mitigasi, baik struktural berupa kegiatan reboisasi, yaitu penghijauan dan pembangunan bangunan pelindung. Juga, mitigasi non struktural dengan membuat peraturan mengenai larangan kegiatan yang dapat mempercepat abrasi maupun ablasi. Seperti, penebangan mangrove atau pertambangan pasir.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar