c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

10 Oktober 2022

19:22 WIB

Bawaslu Berharap RI Mencontoh Brazil Gunakan E-Voting

Sistem Pemilu di Brazil dengan e-voting dipandang mampu memberikan kemudahan dan kecepatan dalam penyelenggaraan Pemilu

Penulis: Aldiansyah Nurrahman

Editor: Nofanolo Zagoto

Bawaslu Berharap RI Mencontoh Brazil Gunakan E-Voting
Bawaslu Berharap RI Mencontoh Brazil Gunakan E-Voting
Ilustrasi e-voting. Antaranews

JAKARTA - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) berharap Pemilu di Indonesia bisa menerapkan penggunaan mesin elektronik pemungutan suara (e-voting) seperti Brazil. Pasalnya, cara ini dinilai mampu menyederhanakan proses Pemilu.

Komisioner Bawaslu Lolly Suhenty mengatakan tiga orang dari Bawaslu, termasuk dirinya, menjadi salah satu lembaga Pemilu di kawasan Asia yang diundang Tribunal Superior Election (TSE) untuk terlibat pemantauan langsung perhelatan Pemilu serentak di Brazil pada 2 Oktober 2022. Saat ini, Bawaslu memang tengah diberi kepercayaan sebagai Presiden dari Global Network on Electoral Justice.

Ia pun menyatakan kekagumannya terhadap sistem Pemilu di Brazil dengan e-voting yang mampu memberikan kemudahan dan kecepatan dalam penyelenggaraan Pemilu. Harapannya Indonesia bisa menerapkan sistem serupa.

“Coba bayangkan kemudahan dan kecepatan penyelenggaraan Pemilu di negeri sepak bola itu juga terjadi di republik ini, dimana Pemilu memang menjadi pesta rakyat. Dengan demikian dapat membuktikan konsolidasi demokrasi di Indonesia berjalan dengan baik demi masa depan bangsa yang damai dan sejahtera. Semoga saja,” jelasnya dalam keterangan tertulis Senin (10/10).

Lolly menceritakan, dari pantauannya di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di distrik Brasilia, pemungutan suara dimulai pukul 08.00 dan ditutup pukul 17.00. Pemilih terlihat mengantre dengan tertib. Dari pemilih masuk ke TPS hingga selesai dengan memilih lima jenis pemilihan (Presiden, Gubernur, DPR/DPRD dan DPD) yang hanya menghabiskan waktu kurang dari satu menit di TPS.

Setelah TPS ditutup tepat pukul 17.00, mesin elektronik mencetak data yang ada di mesin, berupa barcode yang dapat diunduh oleh siapa pun. Print barcode ini lantas ditandatangani petugas atau di Indonesia disebut dengan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang berjumlah empat orang. Hal ini dilakukan untuk memastikan sinkronisasi data yang dikirim ke pusat tabulasi melalui sistem jaringan dengan yang dicetak pada setiap TPS.

Selanjutnya pen drive seperti hardisk dikeluarkan dari mesin dan dikirimkan ke pusat data TSE saat itu juga. Alhasil data tersimpan pada tiga hal, yaitu mesin, barcode dan pen drive.

“Hebatnya data secara langsung bergerak secara online sehingga dapat dipantau oleh semua orang melalui YouTube. Kurang lebih pukul 17.15, para petugas sudah dapat meninggalkan TPS setelah mengemas peralatan dan melipat bilik kardus pemungutan suara. Prosesnya begitu cepat, efektif dan sederhana,” kata Lolly.

Terkait akuntabilitas, ia menjelaskan, selain live report, TSE memfasilitasi uji integritas sistem oleh petugas maupun masyarakat umum sepanjang waktu TPS dibuka. 

Tes dalam bentuk simulasi pemilihan menggunakan kertas suara dengan menulis angka preferensi pemilih dan diaplikasikan pada mesin elektronik. Hal ini untuk menunjukkan kesesuaian data, antara pemilihan manual dengan yang terdapat dalam sistem elektronik.

Ia menerangkan, Brazil telah menerapkan e-voting sejak 1996. Dalam pengalaman mereka, cara ini jitu mengantisipasi kecurangan pada tiga fase penting Pemilu, yaitu pemungutan suara, rekapitulasi, serta penetapan hasil. Melalui e-voting, hasil Pemilu dengan cepat dapat diketahui dan dipublikasi. Pemantauan di media centre TSE pada pukul 22.30 hasil rekapitulasi sudah mencapai 99 persen.

Untuk menjamin transparansi dan sistem audit, penggunaan sistem mesin elektronik  pemungutan suara telah melalui beberapa prosedur. Selain uji integritas, sistem melalui tes keamanan publik juga dilakukan selama satu tahun sebelum pemungutan suara. TSE mempersilahkan bahkan bisa dikatakan menantang semua orang untuk bisa meretas. Hal ini dilakukan untuk menepis keraguan terhadap keamanan sistem

Selain itu dilakukan juga audit kode sumber, prosedur penyegelan sistem dan tanda tangan digital, identifikasi biometrik pemilih, pendaftaran suara digital, serta menempuh mekanisme sistem audit pra dan pasca Pemilu. Penggunaan e-voting pun dianggap telah meningkatkan kepercayaan masyarakat pada hasil Pemilu Brazil.

“Sementara, penggunaan teknologi pemilu di Indonesia saat ini belum bergerak jauh sehingga belum bisa dikatakan berhasil menciptakan efisiensi dan efektivitas. Padahal, teknologi pemilu merupakan sebuah keniscayaan di era digital. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi telah mendorong banyak negara memanfaatkan teknologi untuk membantu penyelenggara pemilu melaksanakan demokrasi electoral,” ujar Lolly.

Belajar dari Brazil, menurut Lolly, penggunaan e-voting yang sangat transparan dan akuntabel penting dipertimbangkan untuk peningkatan sistem Pemilu yang sederhana, efektif, efisien, berintegritas, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

“Kepercayaan yang tinggi yang ditunjang dengan sistem yang memadai akhirnya menular pada pemilih di sana yang datang ke TPS dengan suka cita,” ujar dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar