15 Oktober 2021
11:10 WIB
Editor: Leo Wisnu Susapto
JAKARTA – Pelaksana tugas (Plt) Deputi Konservasi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Multi Siswati mengatakan, ANRI akan menominasikan arsip perjuangan Kartini dan Kongres Perempuan Indonesia Pertama di program "Memory of the World" (MoW) oleh UNESCO.
"Berdasarkan hasil identifikasi tim ANRI dan kajian tim BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional, red.), maka teridentifikasi khazanah arsip yang berpotensi (untuk MoW, red.), adalah arsip Kartini dan arsip Kongres Perempuan Indonesia I Tahun 1928,” kata Siswati dalam seminar bertajuk “Persiapan Arsip Gender Sebagai "Memory of the World" yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube ANRI, Jumat (15/10) seperti dikutip dari Antara.
Nilai-nilai perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak pendidikan perempuan, lanjut Siswati, terekam dalam arsip dan diceritakan dari generasi ke generasi, bahkan, lintas negara. Oleh karena itu, arsip perjuangan Kartini memiliki potensi penominasian bersama dengan negara lain sebagai "MoW".
Hal serupa juga dinilai pada peristiwa Kongres Perempuan Indonesia I. Siswati berkata kongres tersebut memiliki signifikansi gender responsif yang dihadiri oleh lebih dari 1.000 orang dan diikuti oleh 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera.
Kongres Perempuan Indonesia I bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam bidang pendidikan dan pernikahan.
"Diharapkan dapat membangun awareness terhadap kesetaraan gender melalui arsip sebagai sumber informasi dan pengetahuan," ujar Siswati.
Ia juga berharap agar kedua arsip tersebut dapat terdaftar dalam Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World / MoW) UNESCO sebagai warisan dokumenter yang merupakan bagian dari sejarah peradaban manusia untuk kepentingan generasi saat ini dan generasi yang akan datang.
UNESCO atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan badan khusus PBB yang bertujuan untuk mendukung perdamaian dan keamanan dunia dengan mempromosikan kerja sama antarnegara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya.
Siswati menyatakan dukungan dan apresiasi kepada UNESCO yang telah menyelenggarakan program kesetaraan gender dalam perspektif "MoW".
"Kami mendukung program UNESCO tersebut dengan memberikan dukungan berupa sumber arsip yang telah diidentifikasi memiliki tema kesetaraan gender," ucap dia.