c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

12 Mei 2023

19:39 WIB

Anak Talasemia Disebut Masih Dapat Hidup Sehat

Talasemia adalah penyakit keturunan atau genetik, dengan gejala yang paling umum ditemukan yakni wajah pucat, anak yang kuning, dan perut buncit akibat pembengkakan pada hati dan limpa

Editor: Nofanolo Zagoto

Anak Talasemia Disebut Masih Dapat Hidup Sehat
Anak Talasemia Disebut Masih Dapat Hidup Sehat
Ilustrasi pengecekan talasemia. Shutterstock/dok

JAKARTA - Konsultan dan ahli Hemato-Onkologi Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Teny Tjitra Sari mengatakan, pasien dengan talasemia atau kelainan darah tetap bisa hidup sehat dengan tata laksana yang benar.

“Selama dia mendapatkan tata laksana yang baik, sel darah merah bisa membawa oksigen untuk tumbuh kembang anak, jadi kalau transfusinya bagus, obat-obatan menunjang kualitas hidup, akan menghasilkan anak-anak talasemia yang bisa hidup sehat dan kualitasnya baik,” katanya pada diskusi memperingati Hari Talasemia Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (12/5).

Diskusi daring tentang talasemia pada anak diselenggarakan oleh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam rangka Hari Talasemia Sedunia yang diperingati setiap 8 Mei.

Dia menjelaskan, talasemia adalah penyakit keturunan atau genetik, dengan gejala yang paling umum ditemukan, yakni wajah yang pucat, anak yang kuning, dan perut yang buncit akibat pembengkakan pada hati dan limpa.

Meski hampir mirip dengan penyakit kekurangan zat besi atau anemia, katanya, tetapi kedua penyakit ini sangatlah berbeda, karena talasemia tidak dapat disembuhkan dan membutuhkan perawatan seumur hidup.

“Penyakit ini dari bawaan lahir, dimana anak-anak tidak bisa menghasilkan sel darah merah dengan baik, yang tentu saja harus bergantung dengan orang lain untuk mendapatkan sel darah merah. Tubuh mereka tidak bisa menghasilkan sel darah merah, jadi tumbuh kembangnya tidak bisa baik,” katanya.

Ketika tubuh tidak bisa menghasilkan sel darah merah, kata dia, maka kemampuan paru-paru untuk memompa oksigen juga menjadi lemah, untuk itu, menurut Teny, butuh perhatian khusus dari orang tua untuk merawat anak dengan talasemia, utamanya terkait nutrisi yang masuk dalam tubuh.

“Sebisa mungkin hindari makanan yang mengandung zat besi tinggi, karena selain harus rutin transfusi dan minum obat, makanan yang paling bisa kita kontrol, usahakan jangan mengonsumsi daging yang berwarna merah, jeroan seperti hati sapi dan ayam itu dilarang karena zat besinya tinggi sekali,” katanya.

Selain makanan, suplemen seperti vitamin C dengan kadar tinggi juga dilarang, karena vitamin C dapat menyerap zat besi, sehingga pada penderita talasemia, zat besi tersebut dapat ikut pecah.

“Jeruk boleh, kadarnya maksimal 75 mg, paling cuma bisa satu buah, lalu kismis yang biasanya ada di roti, itu vitamin C-nya tinggi juga tidak boleh, kalau susu sangat dianjurkan, karena susu itu bagus untuk memberi nutrisi pada tulang-tulang,” katanya.

Mengingat talasemia adalah penyakit keturunan, dia menyarankan agar pasangan yang akan menikah dapat memeriksakan darah terlebih dahulu pada fasilitas kesehatan yang menyediakan analisis hemoglobin (protein yang ada dalam sel darah merah).

“Sebenarnya pemerintah sudah mencanangkan analisis hemoglobin (HB) pada anak-anak mulai dari kelas tujuh SMP, jadi dia sudah tahu jati dirinya, normal atau pembawa sifat. Kalau pembawa sifat, jangan bertemu dengan sesama pembawa sifat,” demikian ucapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar