06 Februari 2024
15:13 WIB
Editor: Rikando Somba
DEPOK – Banyak sumber air tanah di Lampung dan Bekasi tercemar bakteri Escherichia coli (E.coli). Ini merupakan kesimpulan penelitian Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI) bersama dengan Institute for Suistanable Futures (ISF), University of Technology Sydney (UTS) yang menemukan 60% dari 500 sumber air tanah di Lampung dan Bekasi tahun 2020 hingga 2022 tercemar bakteri.
“Hal ini menunjukkan air minum kebanyakan masyarakat Indonesia masih belum aman dikonsumsi,” kata Ketua Program Studi Teknik Lingkungan FT UI Dr Cindy Rianti Priadi di Kampus UI Depok, Selasa (6/2).
Cindy mengatakan, 36 juta orang di perkotaan menggunakan self-supply (mengadakan dan membiayai sendiri air minum dari air tanah) sebagai sumber air minum utama. Dan, 80% dari 36 juta orang itu menggunakan sumur gali atau bor. Sedang 98% rumah tangga di kota menggunakan sistem sanitasi setempat. Dia mengatakan, berdasar temuan ini, perlu dilakukan pemeringkatan kota berdasarkan tingkat risiko patogen pada rumah tangga yang menggunakan air tanah. Dari penelitian ini, didapatkan pemetaan kota mana yang paling utama harus diperhatikan dan ditindaklanjuti.
Selain memaparkan hasil penelitian, FT UI juga menyelenggarakan diskusi panel dengan topik akses terhadap penyediaan air, kualitas air tanah dan air permukaan, serta kebijakan berdasarkan fakta di lapangan.
Diskusi ini menghadirkan tiga panelis, yaitu Aisyah Nasution dari Direktorat Perumahan dan Kawasan Permukiman Bappenas, yang mengungkapkan bahwa proyek penelitian ini dimulai tiga tahun yang lalu ketika Bappenas RI mendapat tugas untuk meninjau keterkaitan air tanah di Indonesia.
“Di lapangan, sebagian besar masyarakat masih mengandalkan metode tradisional tanpa pipa untuk pemanfaatan air tanah. Air yang didapat dari self-supply masyarakat ini justru banyak yang telah tercemar saat kami teliti,” kata Aisyah dikutip dari Antara.

Irigasi Dan Pariwisata
Sementara, terkait pengelolaan air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyebutkan Embung Wanakaya di Indramayu, Jawa Barat, memberikan manfaat untuk irigasi dan pariwisata.
“Di beberapa daerah masih terdapat masyarakat yang kerap kesulitan memperoleh air bersih. Realitas seperti ini menjadi perhatian Kementerian PUPR agar selalu berupaya menyediakan infrastruktur air, salah satunya melalui pembangunan embung,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di Jakarta, Sabtu.
Menteri Basuki mengatakan penyediaan sarana dan prasarana air seperti bendungan dan embung diperuntukkan untuk ketahanan air dan kedaulatan pangan. Kementerian PUPR terus membangun bendungan maupun embung di berbagai wilayah. Salah satu tampungan air buatan yang telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat adalah Embung Wanakaya di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air yang sangat sesuai untuk daerah kering. Tampungan air embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan masyarakat, yaitu menyimpan air pada saat musim penghujan untuk dapat dimanfaatkan pada waktu diperlukan.
Pembangunan Embung Wanakaya sendiri dilaksanakan pada tahun anggaran 2020-2021 dengan biaya APBN sekitar Rp32,4 miliar. Embung berkapasitas tampung 101.800 m3 ini telah memberikan manfaat suplai air untuk lahan pertanian seluas 777 hektare serta sebagai tampungan cadangan air saat musim kemarau.
Pembangunan Embung Wanakaya dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama pada tahun 2020 meliputi pekerjaan tanah (galian timbunan dan blanket), pembuatan intake, pembangunan rumah pompa, pemasangan pipa penyaluran, dan pekerjaan inlet dan outlet. Sedangkan tahap kedua pada tahun 2021 meliputi pekerjaan revetment, jalan inspeksi, pemancangan minipile, dan pasangan batu. Kehadiran Embung Wanakaya diharapkan dapat memberikan solusi krisis air bagi para petani, sehingga mampu mendongkrak hasil tani dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Selain sebagai tampungan air untuk irigasi, Embung Wanakaya juga menjadi ruang publik sebagai destinasi wisata baru karena memiliki pemandangan indah berlatar belakang persawahan, bernuansa alam khas pedesaan.