17 November 2023
15:10 WIB
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati mengatakan, Indonesia memiliki lebih dari 3000 SMK yang menangani industri kreatif. Adapun, jumlah SMK di Indonesia mencapai sekitar 14 ribu.
Ia menjelaskan, hal itu merupakan bagian dari upaya mewujudkan arahan Presiden Joko Widodo untuk mendorong industri kreatif. Utamanya, arahan untuk menghasilkan lebih dari 10 juta talenta digital sampai akhir tahun 2024. Khususnya, untuk memperkuat industri gim dan cyber security.
"Di sana (SMK) ada hampir 340 ribu siswa disiapkan untuk mendukung industri kreatif di berbagai bidang tentunya," ujar Kiki dalam acara Merdeka Innovation Summit 2023 di Jakarta Selatan, Jumat (17/11).
Ia melanjutkan, dukungan pendidikan vokasi terhadap industri kreatif datang dari tiga jalur. Ketiganya adalah jalur SMK, jalur pendidikan tinggi, dan jalur pelatihan vokasi non-gelar atau kursus.
Saat ini, ada 13.432 lembaga kursus yang bergerak di bidang-bidang pendukung industri kreatif. Lalu, ada 21 ribu mahasiswa yang belajar di bidang ilmu sejenis.
Tak hanya itu, pihaknya juga mengeluarkan beberapa kebijakan merespons arahan dari presiden. Pertama, penyesuaian kurikulum. Kedua, pengadaan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang berkolaborasi dengan industri. Ketiga, mengundang praktisi untuk mengajar.
Keempat, ada pengembangan riset kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri. Lalu, ada peningkatan kesempatan bagi siswa vokasi untuk mendapat sertifikat kompetensi. Sertifikat ini dapat menjadi modal mereka untuk bekerja sebelum lulus.
"Industri kreatif sangat dinamis, kalau menunggu tamat kuliah tiga tahun, empat tahun, itu terlalu lama. So, we provide also minor credentials supporting creative industries," papar Kiki.
Di samping itu, ia juga ingin mendorong industri kreatif untuk membangun teaching factory di sekolah-sekolah vokasi. Sebab, beberapa sekolah memiliki semacam pabrik kecil atau pusat produksi yang dapat mendukung industri. Misalnya, rumah produksi untuk bidang animasi.
Sedangkan, untuk para guru dan dosen vokasi ada program upskilling dan reskilling yang dapat meningkatkan kompetensi mereka sesuai dinamika industri. Para guru dan dosen juga diikutsertakan dalam program magang atau pelatihan jangka pendek. Baik di industri maupun perguruan tinggi, dalam maupun luar negeri.
Dengan melatih para guru dan dosen, diharapkan upaya pendidikan vokasi untuk menyokong industri kreatif bisa berjalan berkelanjutan.