c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

04 Februari 2022

13:09 WIB

Ada 150 Kejadian Erupsi Dalam 2 Dekade Terakhir

BPPTKG catat erupsi dalam dua dekade di Indonesia terjadi dalam pelbagai tipe serta memunculkan fenomena bahaya.

Editor: Leo Wisnu Susapto

Ada 150 Kejadian Erupsi Dalam 2 Dekade Terakhir
Ada 150 Kejadian Erupsi Dalam 2 Dekade Terakhir
Gunung Semeru menyemburkan awan panas guguran di Desa Sumbermujur, Lumajang, Jawa Timur, Jumat (10/1 2/2021).. ANTARAFOTO/Zabur Karuru

JAKARTA – Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hanik Humaida menyampaikan, tingkat aktivitas gunung api di Indonesia cukup tinggi dengan karakter yang berbeda dan tipe erupsi yang berbeda pula.

Dia mencatat, lebih dari 150 erupsi telah terjadi di Indonesia dalam periode dua dekade terakhir.

"Aktivitas gunung api periode tahun 2000-2021, terjadi lebih dari 150 erupsi dari 38 gunung api dengan berbagai tipe erupsi. Yaitu efusif, eksplosif, dan freatik, serta menimbulkan berbagai fenomena bahaya," papar Hanik dalam keterangan tertulis, Jumat (4/2).

Indonesia, imbuh Hanik, adalah salah satu negara yang memiliki banyak gunung api yang masih aktif. Oleh sebab itu, mitigasi bencana gunung api menjadi hal yang harus dilakukan.

Adapun mitigasi bencana gunung api sendiri ialah kegiatan untuk mengurangi resiko atau meminimalisasi dampak dari bencana gunung api.

Sebagai melakukan upaya mitigasi gunung api, imbuh Hanik, diperlukan identifikasi terhadap aktivitas gunung api terlebih dahulu, dan kemudian memahami bahaya serta risikonya.

Hanik menyampaikan, identifikasi bahaya dan resiko adalah dengan melakukan pengamatan tipe erupsi gunung api dan periode pengulangan erupsi.

"Perlu juga mengidentifikasi fenomena-fenomena erupsi seperti awan panas letusan, awan panas guguran, gas, jatuhan abu, lahar, lava flow, dan tsunami, serta dampak jangkauan bahaya," sambung dia lagi.

Ia menambahkan, jika aktivitas dan bahaya bencana gunung api sudah teridentifikasi, selanjutnya dapat dilakukan upaya mitigasi bencana. Di mana mitigasi bencana tidak bisa dilakukan oleh satu instansi saja, namun perlu dilakukan secara bersama-bersama oleh seluruh stakeholder terkait.

"Mitigasi bencana gunungapi, meliputi peringatan dini (early warning system), diseminasi informasi, edukasi dan sosialisasi," papar Hanik.

Senada dengan Hanik, Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Afrial Rosa mengungkapkan, seluruh stakeholder memiliki peran yang sama dalam melakukan mitigasi bencana gunung api. Salah satunya adalah diseminasi informasi terkait mitigasi bencana gunungapi kepada masyarakat.

Ia menilai, ada hal yang perlu diperbaiki antara semua stakeholder terkait agar diseminasi informasi dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat dengan baik.

"Perlu ada alur koordinasi yang jelas dalam sistem mitigasi bencana ini, sehingga dapat dipastikan peringatan dini kondisi bencana itu sampai ke masyarakat," tandas dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar