c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

26 September 2018

15:15 WIB

Walikota Ajak Polisi-TNI, Dan Sekolah Solusikan Tawuran

Deklarasi Pelajar Antitawuran dihadiri 223 kepala sekolah dan 446 siswa SMA dan SMK di Jakarta Selatan

Walikota Ajak Polisi-TNI, Dan Sekolah Solusikan Tawuran
Walikota Ajak Polisi-TNI, Dan Sekolah Solusikan Tawuran
Caption / Judul Infografis : Ilustrasi razia tawuran pelajar. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

JAKARTA- Tiap kepala sekolah di wilayah Jakarta Selatan diminta agar segera memetakan masalah kesiswaan, khususnya tawuran di tempatnya masing-masing untuk mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar. Untuk persoalan tawuran, pihak kepolisian dan tentara juga diminta duduk bersama pihak sekolah serta pihak pejabat terkait untuk merumuskan penyelesaian konkret.

Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali mengemukakan hal ini, sebagai upaya mencegah berulangnya tawuran sekolah di wilayahnya.

"Saya minta agar dipetakan masalahnya di masing-masing sekolah, nanti laporannya diserahkan ke Kasudin (Kepala Suku Dinas) Pendidikan (Joko Sugiarto). Nanti kita duduk bersama memikirkan solusi bersama (untuk mengantisipasi tawuran)," kata Marullah saat menghadiri acara Deklarasi Pelajar Anti-Tawuran di Aula SMA Takaranita, Jakarta Selatan, Rabu (26/9) . Marullah turut menyampaikan keprihatinannya atas insiden tawuran yang melibatkan siswa SMAN 32 Jakarta Selatan, hingga mengakibatkan satu orang tewas.

Dalam acara deklarasi yang dihadiri 223 kepala sekolah dan 446 siswa SMA dan SMK di Jakarta Selatan, Marullah menyampaikan pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan inspeksi mendadak ke kalangan siswa secara berkala.

"Di waktu tertentu secara mendadak, guru perlu memeriksa barang bawaan siswa," tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa pemetaan masalah itu merupakan bentuk konkret kepedulian pihak sekolah dan pemerintah dalam merespon masalah tawuran.  “Kita harus menunjukkan kepedulian yang universal, yang menyeluruh," terang Wali Kota Jakarta Selatan ini dikutip dari Antara.

Marullah juga meminta semua pihak tak melulu bicara soal hukuman. Ia mengajak semua pihak untuk mencari solusi yang jitu.  "Kita jangan berpikir soal punishment (hukuman), tetapi kita cari apa yang kurang, itu dibahas dan diselesaikan bersama," tambahnya.

Seorang siswa SMAN 74 Jakarta, Febi Nurizal, usai deklarasi menyampaikan bahwa seringkali aksi tawuran dipicu oleh dendam dan konflik antartongkrongan.  "Banyak siswa bermasalah, termasuk mereka yang sudah dikeluarkan berkumpul di satu tongkrongan, dan dari sana konflik muncul, bagaimana kami harus bersikap?," tanya pelajar itu.

Parkir Dan Tongkrongan
Marullah menanggapi serius masalah tersebut, ia mengatakan, tekanan yang dihadapi siswa dari sejumlah pihak harus diatasi guru dan petugas keamanan.

"Itu (masalah tongkrongan-red) harus dipikirkan bapak-bapak sekalian. Saya bisa memerintahkan jajaran Satpol PP untuk melakukan pengamanan, dan meminta bantuan dari kepolisian atau pihak tentara," pesan Marullah.

Guru SMAN 90 Jakarta Sasmitho, senada dengan siswa Febi,  mengakui konflik antartongkrongan kerap memicu tawuran. "Inspeksi terus-menerus dari pihak guru, kita datangi, dan ajak dialog. Perhatian guru ke siswa memang tidak boleh putus (untuk mencegah aksi tawuran)," jelas Sasmitho.

Ia juga mengkritisi kebijakan suku dinas pendidikan yang melarang siswa memarkirkan kendaraannya di sekolah. "Mereka (siswa) jadi parkir di tempat lain, dan sulit bagi kami (guru) untuk mengontrol kegiatan siswa selepas belajar di ruang kelas," keluhnya.

Baru-baru ini,  tawuran terjadi di Jakarta Selatan, melibatkan puluhan remaja berstatus pelajar SMA di kawasan Kebayoran Lama. Diduga, skenario tawuran diatur oleh alumni sekolah itu.

Tawuran tersebut  berujung maut. Seorang pelajar dari SMA Muhammadiyah di kawasan Slipi, Jakarta Barat, berinisial AH, 16 tahun, tewas akibat sabetan senjata tajam. Mirisnya,  korban yang sudah bersimbah darah dan tak berdaya disiram dengan air keras.

Dari kasus ini, sejumlah siswa diamankan. Dan, satu lainnya diburu Polisi.

Di Bogor, hal sama juga menjadi masalah. Tawuran kian menakutkan.

Bupati Bogor, Jawa Barat, Nurhayati, di kesempatan berbeda, meminta masyarakat khususnya orang tua meluangkan waktu dengan anak minimal 20 menit dalam sehari. Waktu yang diluangkan orang tua itu bertujuan untuk melihat tumbuh kembang anak dengan siapa anak itu bermain. Serta apa saja yang sudah dilakukan seharian. Komunikasi anak dan orang tua, diyakini bisa menjadi solusi tawuran.

Permintaan kepada para ortu meluangkan waktu 20 menit setiap hari itu disampaikan Bupati Nurhayati pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas), Hari Anak Nasional (HAN) dan pencanangan kegiatan Bhakti TNI KB Kesehatan Terpadu Tahun 2018 di Taman Wisata Matahari Cisarua, Senin.  "Dewasa ini sering kali orang tua lupa akan kewajibannya dimana mengatur dan mengawasi anak-anak selama tumbuh kembangnya,” katanya. (Rikando Somba)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar