17 September 2019
12:10 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
SURABAYA – Pemerintah Kota Surabaya bergerak cepat untuk mewujudkan mimpi pelayanan kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Dharma Husana (BDH) dan radio terapi di RSUD dr Soewandhi bisa beroperasi. Kepala Dinias Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita menargetkan tahun 2020 persiapan telah rampung dan bisa segera beroperasi.
Dinkes juga akan membentuk tim untuk mempersiapkan pelayanan kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Dharma Husada (BDH) dan radio terapi di RSUD dr. Soewandhi. Febria mengatakan, masing-masing tim yang dibentuk tersebut terdiri dari akademisi, dokter, kepolisian, dan dinas yang terkait.
"Kami sengaja bergerak cepat, supaya setelah pembentukan tim ini mereka dapat bekerja semaksimal mungkin," katanya, dilansir Antara, Selasa (17/9).
Fenny menargetkan proyek ini dapat selesai pada tahun 2020 mendatang sehingga semua persiapan dilakukan sejak saat ini. "Mudah-mudahan 2020 kelar dan bisa beroperasi, untuk pembangunan ruangan nanti bisa berkoordinasi dengan Dinas Cipta Karya," katanya.
Menurut dia, pembaharuan pelayanan ini akan secepatnya direalisasikan, meskipun sebelumnya radioterapi dan kedokteran nuklir sudah pernah diterapkan di RSUD dr Soetomo. Namun, seiring berjalannya waktu pelayanan itu sudah tidak ada.
Ada beberapa rumah sakit di Surabaya yang menerapkan sistem pelayanan radioterapi, seperti Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dan Adi Husada. Tetapi untuk kedokteran nuklir hanya ada di empat kota besar di Indonesia, di antaranya Surabaya.
Ia memastikan bahwa inovasi tersebut sengaja disiapkan untuk melayani warga Kota Surabaya. Meskipun sebelumnya RSUD Soetomo juga pernah memiliki pelayanan itu. "Tidak perlu khawatir, kami terus berupaya untuk melayani masyarakat yang terbaik," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya melakukan rapat koordinasi dengan para akademisi dari berbagai universitas dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) untuk meningkatkan inovasi pelayanan di RSUD dr Soewandhi dan RSUD BDH di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Senin (16/9).
Pada saat itu, Wali Kota Risma meminta dukungan penuh kepada pihak-pihak terkait untuk mewujudkan dua pelayanan itu. "Saya berharap para dokter untuk membantu pelayanan itu, terus terang saya kasihan para pasien penyakit kanker yang menunggu antrean untuk radioterapi terlalu lama," katanya.
Ia menjelaskan, para pasien penderita penyakit kanker selama ini menunggu antrean untuk radioterapi kurang lebih minimal 4–6 bulan. Sebelum itu, mereka hanya rawat jalan dan terapi pada umumnya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya tergerak untuk menciptakan inovasi pelayanan radioterapi. Hal ini mengingat jumlah rumah sakit di Surabaya yang menyediakan pelayanan tersebut hanya beberapa.
"Nantinya ini akan sangat membantu para pasien, kalau perlu ruangannya didesain berbeda agar tidak seperti di rumah sakit. Mari kita bantu mereka bersama-sama," katanya.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Hendrig Winarto mengatakan, pihaknya siap mendukung penuh dua program yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya itu. "Sebenarnya nuklir itukan banyak manfaatnya, bisa digunakan energi bauran, termasuk kedokteran nuklir," katanya.
Rumah Oksigen
Sementara di Pontianak, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu di Pontianak, menyediakan tujuh unit rumah oksigen sebagai antisipasi dampak warga yang terpapar kabut asap yang kian pekat menyelimuti Kota itu, dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Ada tujuh lokasi yang ditunjuk sebagai rumah oksigen, yakni Puskesmas Gang Sehat, Puskesmas Alianyang, Puskesmas Perumnas I, Puskesmas Kampung Dalam dan Puskesmas Siantan Hilir," kata Sidiq dilansir Antara.
Ia menerangkan, tujuan disediakannya rumah oksigen ini adalah sebagai pertolongan pertama apabila ada warga yang mengalami sesak nafas, dan rumah oksigen itu disediakan oleh Nebulizer. "Bilamana ada yang mengalami sesak nafas yang diakibatkan asma dampak dari asap, silakan dibawa ke rumah oksigen yang ada di layanan kesehatan yang ditunjuk tersebut," ujarnya.
Apabila kondisi pasien semakin parah sesak napasnya, lanjut Sidiq, maka segera dibawa fasilitas kesehatan yang lebih tinggi atau rumah sakit terdekat. "Jadi rumah oksigen itu disediakan sebagai pertolongan pertama saja," katanya.
Dijelaskan Sidiq, untuk Puskesmas Siantan Hilir memang sudah melayani 24 jam, kemudian di Dinkes Kota Pontianak stand by tenaga kesehatan layanan 118 (nomor telepon layanan ambulan) sebanyak dua petugas. (Syahrul Munir)