13 Februari 2020
19:31 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Seluruh stasiun MRT Jakarta Fase II dipastikan akan dibangun terintegrasi dengan halte Transjakarta. Langkah ini, diambil untuk memudahkan mobilitas masyarakat, sekaligus mendorong MRT lebih banyak lagi mengangkut penumpang.
"Untuk stasiun Fase II ini akan semua diintegrasikan dengan halte Transjakarta," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar seperti dilansir Antara, Kamis (13/2).
Integrasi dengan Hakte Transjakarta sendiri, sudah mulai dilakukan di Fase I, yakni di Stasiun Bundaran HI dan Stasiun ASEAN. Selain integrasi antarmoda, William mengatakan, dalam pembangunan konstruksi Fase II juga akan sekaligus dibangun Kawasan Berorientasi Transit (TOD). Untuk tahap awal di Fase II, TOD tersebut sedianya akan berada di Kawasan Thamrin, Harmoni dan Kota Tua.
"Fase I di Dukuh Atas, Istora, Senayan, Blok M, Fatmawati dan Lebak Bulus. Fase II mengembangkan berbagai kawasan seperti Thamrin kemudian Harmoni, Kota Tua yang akan kita lihat karena cagar budaya dan pusat wisata yang bisa diintegrasikan," tuturnya.
Untuk pembangunan TOD MRT Jakarta Fase II, William menuturkan pihaknya juga akan mengajukan permohonan untuk menjadi pengelola kawasan tersebut seperti di Fase I. Namun, hingga saat ini Pemprov DKI Jakarta belum juga menerbitkan Panduan Rancang Kota (PRK) sebagai payung hukum dan memulai pembangunan tersebut.
Secara keseluruhan, terdapat 10 stasiun di lintasan MRT Jakarta Fase II, mulai dari Stasiun Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, Mangga Dua dan Ancol yang juga akan dibangun depo. Menurutnya, pembangunan proyek MRT Jakarta Fase II ini memakan biaya dua kali lipat dari Fase I yakni Rp22,5 triliun karena seluruhnya akan dibangun di bawah tanah (underground).
Selain itu juga akan dibangun melintasi situs bersejarah (heritage) dan akan menembus di bawah sungai mencapai 30 meter dari permukaan tanah. Karena itu, kesiapan pembangunan MRT fase II, relatif memakan waktu.
“Desain tidak mudah, banyak jalur penting ada Monas dan Istana Kepresidenan, masuk ke Ciliwung, secara konstruksi ini menantang bangunan seluruhnya di bawah tanah, bahkan di bawah sungai," imbuhnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) didampingi Dirut PT Transjakarta Agung Wicaksono (kiri), Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo (kedua kanan) dan Dirut PT MRT Jakarta William Sabandar (kanan) melihat maket jembatan layang di Stasiun MRT ASEAN, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Pembangunan jembatan layang tersebut untuk mengintegrasikan Stasiun MRT ASEAN dengan Halte Transjakarta CSW. ANTARAFOTO/Rivan Awal Lingga.
Tanda Tangan Kontrak
Kontrak konstruksi proyek MRT Jakarta Fase II paket pertama dari Bundaran HI hingga Harmoni (CP201) sendiri, rencananya akan diteken Senin (17/2). Kesepakatan tersebut ditandatangani antara PT MRT Jakarta dan pemenang lelang, yakni konsorsium perusahaan patungan Shimitsu Kobayashi dan PT Adhi Karya (Persero).
"Sudah diumumkan pemenang lelang, yaitu perusahaan patungan Indonesia dan Jepang, Shimitsu dan Adhi Karya. Sebelum memulai pekerjaan mereka akan tanda tangan kontrak itu” kata saat kunjungan ke Kantor Berita Antara, Jakarta, Kamis.
William William mengatakan, konstruksi paket pertama CP 201 ini akan dimulai pada Maret 2020. Ia menyebutkan nilai kontrak untuk paket pertama tersebut jumlahnya mencapai Rp4 triliun.
Nilai sebesar itu untuk kebutuhan konstruksi dari Bundaran HI hingga Harmoni. Ia mengatakan, proses tender secara terbuka dan segala macam prosesnya membutuhkan cukup panjang. Butuh sekitar satu tahun untuk menentukan pemenang, cukup berbeda dari pemenang lelang konstruksi Fase I Bundaran HI-Lebak Bulus.
"Ini adalah pemenang lelang, dari secara teknis dan harga paling menguntungkan pemilik proyek," ujarnya. (Faisal Rachman)