c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

07 Mei 2020

16:45 WIB

Ribuan Warga Bengkulu Terhenti Ber-KB

BKKBN mencatat ada 28 juta pasangan usia subur di Indonesia

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Ribuan Warga Bengkulu Terhenti Ber-KB
Ribuan Warga Bengkulu Terhenti Ber-KB
Ilustrasi pelayanan program Keluarga Berencana (KB). FOTO ANTARA/Saptono

BENGKULU – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memprediksikan akan terjadinya kenaikan kelahiran (baby boom) beberapa waktu ke depan, sebagai  dampak kebijakan work from home disebabkan pandemi ini. Apa yang terjadi Bengkulu, mungkin bisa menjadi salah satu gambaran ini. Sebanyak empat ribu warga Provinsi Bengkulu terhenti menggunakan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) selama masa pandemi covid-19 ini.

"Pandemi covid-19 menimbulkan dampak pada semua sektor, termasuk program KB. Ada empat ribu akseptor KB di Provinsi Bengkulu yang terputus atau terhenti selama covid-19," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Rusman Efendi, Kamis (7/5).

Ia menjelaskan, kesadaran masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi KB sangat dibutuhkan agar tidak terjadi lonjakan angka kehamilan atau baby boom selama masa pandemi.

Salah satu upaya untuk mengantisipasi hal itu, yakni dengan memaksimalkan peran seluruh kader dan penyuluh KB di tingkat desa. Diharap, mereka bisa dapat memberikan informasi dan mengingatkan masyarakat agar tidak terputus menggunakan KB.

Kader-kader ini juga diharapkan bisa menjadi penghubung antara bidan desa dan warga yang akan menggunakan KB. Apalagi saat ini, pelayanan KB tidak bisa dilakukan secara massal.

"Untuk sampai ke masyarakat yang paling dekat adalah kader. Kader inilah yang nanti akan menjadi ujung tombak bagaimana pesan-pesan tersebut sampai dan masyarakat tetap melaksanakan KB di masa pandemi ini," kata Rusman.

Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bengkulu Yusniar terhadap hal ini mengatakan, pelayanan KB di masa pandemi ini harus tetap mengikuti protokol kesehatan. Yusniar yang dikutip Antara, menjelaskan, masyarakat yang ingin menggunakan KB tidak harus mendatangi fasilitas Kesehatan. Mereka bisa menghubungi kader KB yang ada di setiap desa.

Nantinya, kader KB inilah yang akan menghubungkan antara warga yang akan memasang KB dan bidan.

"Tidak harus ke luar rumah tapi penyuluh akan mendata dan membuat janji sehingga akan menjadi penghubung ke petugas kesehatan atau bidan sehingga tidak ada pengumpulan banyak orang sehingga benar memenuhi protokol kesehatan," jelasnya.

Baby Boom
Pada kesempatan berbeda,  Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo melalui sambungan telepon, Rabu siang, menjelaskan bahwa pandemi ini juga berpotensi memicu peningkatan angka kelahiran (baby boom) di beberapa bulan ke depan, jika pasangan acuh terhadap kontrasepsi.

Hasto berpesan kepada masyarakat untuk peduli terhadap penggunaan alat kontrasepsi dalam upaya mencegah baby boom. Dia menjelaskan, jika 10% saja pasangan lalai menggunakan alat kontrasepsi seperti suntik atau susuk, minum pil dan jenis lainnya, akan berisiko tinggi terhadap kehamilan.

"Sangat mungkin korelasinya, karena ketika suami-istri jadi satu di rumah dan stay at home tidak dimungkiri kontak seksual akan terjadi dan ini hal lumrah yang manusiawi," kata Hasto.

BKKBN mencatat jumlah pasangan usia subur di Indonesia mencapai 28 juta pasangan. Dia menghitung, jika yang tak menerapkan penggunaan kontrasepsi turun 10 % saja, maka ada 2,8 juta pasangan yang berpotensi hamil. Dijelaskan juga, bila secara biologis suami-istri berhubungan intim dua sampai tiga kali dalam sepekan, maka secara teori sekitar 15 persen di antaranya akan hamil. "Biasanya 15 % di antaranya hamil atau sekitar 400 ribu angka kehamilan," katanya.

Terhadap potensi ini, BKKBN Kantor Perwakilan Kalimantan Tengah melakuan antisipasi.

 "Pandemi COVID-19 akan berdampak terhadap meningkatnya jumlah angka kelahiran penduduk. Soalnya, kebanyakan warga berada di rumah. Meski demikian, kita tetap melakukan pembinaan dan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi angka kelahiran, pasangan suami istri bisa memakai alat kontrasepsi," kata Kepala Perwakilan BKKBN Kalteng, Mhd. Irzal, Rabu.

Dia mengatakan, adanya kebijakan "physical distancing" (pembatasan fisik) atau "social distancing" (pembatasan sosial), menjadi kendala  pelaksanaan pembinaan atau penyuluhannya, tidak memperbanyak tatap muka dengan warga. Namun, kini dengan memanfaatkan media sosial atau teknologi informasi untuk berkomunikasi dengan PLKB dan kader-kader di kabupaten/kota, pemantauan dan pelayanan KB tetap dilakukan dengan memperhatikan prosedur pencegahan covid-19.

"Melalui WhatsApp atau telepon BKKBN akan berusaha mencegah putus pakai kesertaan KB. Melalui berbagai media terutama media daring, melakukan analisis melalui kader institusi masyarakat pedesaan untuk mengetahui jumlah dan persebaran pasangan usia subur yang memerlukan pelayanan suntik KB, pil KB, IUD dan implan, mendistribusikan kontrasepsi ulangan pil dan kondom," kata Irzal. (Rikando Somba)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar