22 Maret 2019
17:05 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
PURWOKERTO – Pengembangan inovasi dan riset menjadi kunci penting dalam menentukan kemajuan bangsa. Hal tersebut diungkapkan Rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto Suwarto, yang menyatakan dukungannya pada komitmen kedua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk memperkuat penelitian.
“Kami menyambut baik komitmen kedua pasangan capres dan cawapres terkait penguatan bidang penelitian di tanah air,” ungkap Suwarto di Purwokerto, sepert dilansir Antara, Jumat (22/3).
Penguatan di bidang penelitian, lanjut Suwarto, idealnya didukung dengan dana pengembangan riset yang memadai. Ia berharap, di masa mendatang dana pengembangan riset terus meningkat. Tidak hanya peningkatan dana, ia juga berharap hilirisasi hasil-hasil riset dapat terus dilaksanakan. Hal ini karena hingga saat ini dana dan hilirisasi masih jadi kendala penelitian.
“Kendala kita kan pada saat ini adalah masih terbatasnya dana riset dan hilirisasi hasil riset menjadi produk komersial juga masih terbatas,” terangnya.
Oleh karena itu, komitmen kedua pasangan calon (paslon) dinilai Suwarto dapat membawa angin segar bagi pengembangan riset. Tinggal mengawal pelaksanaan komitmen yang diungkapkan pada masa kampanye untuk diterapkan ke depannya.
Persoalan dana tersebut turut menjadi perhatian Sekretaris Pusat Penelitian dan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (P3EBT) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unsoed, Ropiudin. Menurutnya, ketersediaan anggaran merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dari riset.
“Yang perlu menjadi perhatian adalah peningkatan alokasi anggaran riset untuk mendukung peningkatan jumlah dan kualitas riset guna mendorong kemudahan dalam berbagai pelaksanaan riset seperti kemudahan akses bahan penelitian, dan lain sebagainya,” tutur Ropiudin.
Adapun sumber dana riset menurut Ropiudin dapat diintegrasikan dari sejumlah sumber. Selain dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), sumber dana riset bisa juga dari dunia usaha dan industri, dana luar negeri, filantropi, dan lain-lain.
Selain ketersediaan anggaran, ada hal penting lainnya yang harus diperhatikan, yaitu penguatan riset. Ropiudin menilai penguatan riset harus dilakukan agar riset-riset yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan industri maupun masyarakat.
“Penguatan riset yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat melalui jenis riset pengembangan berbasis riset dasar yang kuat untuk meningkatkan produk inovasi yang siap masuk fase hilirisasi,” ujar Ropiudin.
Untuk itu, teknologi tepat guna yang perlu dikuatkan bersama-sama berbasis kearifan lokal Indonesia yang heterogen. Kemudian hal penting ketiga menurutnya adalah memupuk budaya dan pola pikir riset dari pendidikan dasar melalui pengembangan kurikulum. Harapannya, sumber daya manusia (SDM) yang analitis dan kreatif dapat dihasilkan.
“Yang keempat, rencana induk riset nasional (RIRN) yang telah ada seyogianya dikuatkan untuk mendapatkan respons balik dari masyarakat untuk memperkuat dan mempertajam prioritas yang dibutuhkan bagi kemajuan dan peningkatan daya saing bangsa di semua sektor,” tutup Ropiudin.
Adapun anggaran penelitian dan riset pada tahun 2019 berjumlah Rp26 triliun dan merupakan salah satu anggaran riset terkecil di Asia. Penyebabnya menurut Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir karena sebagian besar bersumber dari APBN, yakni sebanyak 81%. Sementara di Malaysia dan Singapura, 70—80% anggaran didukung oleh swasta. (Elisabet Hasibuan)