29 Maret 2021
11:50 WIB
JAKARTA – Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) tengah dilakukan di wilayah kerja di Riau dan Sumatra Barat. Tenaga Ahli Menteri LHK, Afni Zulkifli mengatakan, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, hambatan dalam kegiatan RHL ini adalah sulitnya akses dan kondisi lahan yang sudah kritis.
"Hampir di semua lokasi RHL sulit akses dan kritis. Bibit kadang hanya bisa dibawa dengan menggunakan sepeda motor, bahkan pada beberapa lokasi, bibit harus dipikul dengan berjalan kaki. Ini pekerjaan yang sulit dan jauh dari jangkauan publik. Benar-benar kerja ekstra untuk memastikan tiap bibit pohon hidup dan tumbuh dengan baik,'' kata Afni dalam keterangan tertulis, Minggu (28/3) malam.
Plt Kepala BPDASHL Indragiri Rokan, Afnan Dharma Putra mengatakan, per tanggal 22 Maret 2021, kegiatan RHL tahun kedua (P2) di BPDASHL Indragiri Rokan sudah terpelihara luasan 6.038 hektare (ha). Jumlah orang terlibat 1.057 orang, dan Hari Orang Kerja (HOK) 20.409. Sementara, target pelaksanaan mencapai 15.100 ha.
Untuk untuk penanaman tahun berjalan (RHL P0), sudah terealisasi 540 ha. Dengan jumlah tenaga kerja terlibat 409 orang, dan hari orang kerja sebanyak 16.189 HOK. Target pelaksanaan RHL P0 adalah seluas 1.900 ha.
Adapun jumlah bibit untuk penyulaman P2 telah siap sejumlah 767.374 batang. Target nantinya akan mencapai 1.640.390 batang, di mana penyulaman dilakukan dua kali pada fase musim hujan pertama dan musim hujan kedua untuk memastikan bibit benar-benar tumbuh dan hidup. Sedangkan untuk P0 yang sudah tertanam sebanyak 279.528 batang, dari target 1.118.750 batang.
''Semua bibit dipilih tidak hanya sebagai fungsi penghijauan, tapi juga memiliki nilai ekonomi. Seperti Alpukat, Petai, Jengkol, Durian, Matoa, Kemiri, Cengkeh, Pinang, Jahe, dan lain-lain. Harapannya saat bibit ini tumbuh dan menghasilkan, masyarakat dapat manfaat dan ikut menjaga kawasan hutan,'' kata dia.
Afnan menuturkan, pemberdayaan masyarakat menjadi mainstream utama pelaksanaan RHL. Mulai dari pembibitan, penanaman, hingga pemeliharaan.
Untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat, BPDASHL Indragiri Rokan membentuk Kebun Bibit Rakyat (KBR) 25 unit, Kebun Bibit Desa (KBD) 2 unit, Dam Penahan 10 unit, Gully Plug 80 unit, dan ketersediaan bibit di persemaian permanen sebanyak 750.000 batang.
Kepala Desa Lubuk Kembang Bunga yang warganya ikut kegiatan RHL di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Riau, Rosi Khairuslamet mengaku program RHL sangat menyentuh dan memberdayakan masyarakat sehingga mendatangkan manfaat ekonomi. Perputaran ekonomi dari kegiatan RHL bisa mencapai Rp170 juta/minggu.
''Sejak adanya RHL, pandangan masyarakat jadi berubah, dari yang tadinya hanya menanam sawit jadi sadar ingin menanam jengkol, petai, dan tanaman produktif lainnya. Dengan begini masyarakat akan menjaga kawasan hutan dan lahan,'' kata Rosi.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Nunu Anugrah mengatakan, secara nasional pemulihan dengan penanaman pohon melalui kegiatan RHL tahun 2015–2020 telah menjangkau total luas penanaman 574.556 ha dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 658.980.085 batang. Adapun penyerapan tenaga kerja sebanyak 22.982.240 HOK.
Untuk kegiatan RHL tahun 2021, target penanaman seluas 48.875 ha dan target pemeliharaan seluas 215.950 ha. Penyediaan bibit untuk 2021 sebanyak 136.000.000 batang dari 57 unit Persemaian Permanen, 973 unit KBR dan 135 unit Kebun Bibit Desa (KBD).
Pada bulan Januari–Februari 2021, telah dilaksanakan penanaman seluas 17.474 ha dengan jumlah bibit 7.297.100 batang. Sementara untuk bulan Maret–April 2021 direncanakan pelaksanaan kegiatan penanaman seluas 29.742 ha dengan jumlah bibit sebanyak 12.435.921 batang, yang dilanjutkan dengan kegiatan pemeliharaan (penyulaman, pendangiran, dan penyiangan, dll).
Nunu mengatakan, kegiatan RHL telah memberikan indikasi penurunan deforestasi dari 3,51 juta ha di tahun 1996, turun 1,09 juta ha di 2015, dan 115 ribu ha pada 2020. Selain itu, data indeks kualitas tutupan lahan (IKTL) tercatat membaik meningkat dari 58,42 pada 2016 menjadi 60,74 pada 2020. (Seruni Rara Jingga)