03 Maret 2020
11:40 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat meminta bantuan pemerintah pusat untuk memperbaiki secara permanen tanggul yang jebol akibat banjir di Kecamatan Muaragembong. Camat Muaragembong Lukman Hakim, Selasa (3/3) pun meminta Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) bisa melakukan upaya perbaikan secara signifikan untuk mencegah jebolnya tanggul kembali.
"Banjir berlalu tapi kami masyarakat Muaragembong tidak ingin musibah tahunan ini terus berulang lagi dan lagi. Kami memohon ke pemerintah pusat supaya ada perbaikan secara permanen dengan menginstal ulang pembangunan tanggul penahan Sungai Citarum, dari titik nol sampai ke Muaragembong," tutur Lukman.
Dia menyebutkan, apabila perbaikan ini tidak segera direalisasikan maka banjir tahunan di wilayahnya dipastikan akan terus terjadi dengan kondisi yang semakin parah. "Ujung-ujungnya ajang selebrasi spontan dengan memberikan bantuan logistik mi instan. Warga Muaragembong tidak mau makan mi instan bantuan, kami ingin perbaikan secara keseluruhan," tegasnya.
Selain tanggul Sungai Citarum yang jebol, pihaknya mencatat luapan Sungai Ciherang juga menerjang permukiman warga akibat tidak ada tanggul penahan di sepanjang aliran sungai itu. "Di Sungai Ciherang juga, pemerintah pusat belum hadir. Tidak ada tanggul penahan jadi air meluap, los bablas begitu saja ke permukiman warga," katanya.
Untu diketahui, banjir jilid dua yang terjadi di Kecamatan Muaragembong sejak sepekan terakhir disebabkan oleh jebolnya tujuh titik tanggul. Lima titik berlokasi di Desa Pantai Bahagia sementara dua titik lagi berada di Desa Pantai Bakti.
"Selain itu dua titik tanggul kritis akibat longsor di Desa Jaya Sakti. Saat ini situasinya kondusif, warga bersama aparat terus bergerak untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pascabanjir," imbuhnya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mencabut status tanggap darurat yang telah diberlakukan selama sepekan terakhir, seiring dengan surutnya banjir di sejumlah wilayah itu.
"Tanggap darurat kami nyatakan berakhir. Status tanggap darurat kami tetapkan kemarin karena 50 plus satu wilayah terkena bencana, termasuk fasilitas umum yang tidak bisa digunakan hingga mengganggu aktivitas warga secara keseluruhan. Saat ini kondisinya sudah kondusif," kata Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja di Cikarang, Selasa.
Eka memastikan, pemerintah daerah tetap siaga mengantisipasi serta menanggulangi bencana meski sudah mengakhiri status tanggap darurat mengingat banjir masih merendam beberapa permukiman warga.
"Dari laporan BPBD masih ada empat kecamatan yang terendam air setinggi 20 sampai 80 sentimeter di antaranya Kecamatan Babelan, Pebayuran, Muaragembong dan Setu," serunya.
Kondisi terkini menyebut di empat kecamatan itu banjir kini sudah mulai surut sementara intensitas hujan juga sudah menurun. "Petugas kami masih disiagakan di lapangan dibantu aparat kepolisian dan TNI serta para relawan dan komunitas," ucapnya.
Foto udara banjir yang menggenangi rumah warga akibat tanggul penahan sungai yang jebol di Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (27/2/2020). Menurut Data BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Bekasi, tanggul yang jebol akibat luapan sungai Citarum berjumlah 8 tanggul dan menutup akses jalan menuju 4 desa di Muara Gembong. ANTARAFOTO/ Fakhri Hermansyah.
Sekadar informasi, sebanyak 20 dari total 23 kecamatan se-Kabupaten Bekasi dilanda banjir untuk kesekian kalinya, setelah pada awal tahun 2020 juga mengalami hal serupa. Bedanya saat banjir pada awal Januari, pemerintah daerah masih berstatus siaga, sedangkan pada banjir jilid dua ini statusnya dinaikkan menjadi tanggap darurat terhitung mulai 25 Februari hingga 2 Maret 2020 kemarin.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi Muhammad Said mengatakan, ada 13.771 kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir jilid dua ini. "Terhitung mulai pekan ketiga Februari hingga kemarin. Dalam kurun waktu itu selain mengakibatkan 13.771 KK terdampak banjir juga tercatat merendam 98 titik di 41 desa yang tersebar di 20 kecamatan," kata Said.
Dia juga mengatakan pada banjir jilid kedua ini Kecamatan Muaragembong dan Cikarang Timur menjadi kecamatan dengan titik banjir terbanyak. Di Muaragembong ada 23 titik yang tersebar di tiga desa hingga menyebabkan 552 jiwa sempat mengungsi.
"Sementara di Kecamatan Cikarang Timur banjir merendam 31 titik di lima desa dengan ketinggian di atas satu meter namun baik di Cikarang Timur maupun Muaragembong banjir kini telah surut," ungkapnya.
Dari empat kecamatan yang masih terendam banjir hingga pagi ini dua titik masih menjadi fokus penanganan pihaknya, yakni Kecamatan Setu dan Pebayuran. Pemda pun masih mengirimkan bantuan logistik dan evakuasi warga yang terisolasi menggunakan perahu karet milik BPBD. (Faisal Rachman)