c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

20 Desember 2019

15:18 WIB

Pertuni Keluhkan Diskriminasi Dalam Pekerjaan

Walaupun memiliki keterbatasan, penyandang tunanetra tetap bisa melakukan tugas-tugasnya dengan baik ketika bekerja

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Pertuni Keluhkan Diskriminasi Dalam Pekerjaan
Pertuni Keluhkan Diskriminasi Dalam Pekerjaan
Ilustrasi penyandang tuna netra. ANTARA FOTO/Anis Efizudin

JAKARTA – Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Aria Indrawati menyayangkan sampai saat ini masih ada anggotanya yang mengalami ketidakadilan ketika mengikuti rekrutmen pekerjaan di badan usaha atau perusahaan.

“Ada yang mendaftar ke perusahaan A, tetapi ternyata seleksinya mereka bilang kalau itu program corporate social responsibility (CSR),” ucap Aria kepada Validnews, Jumat (20/12).

Ia memandang kalau program CSR itu terkesan hanya sebagai sebuah ‘sedekah’. Dikhawatirkan juga, nantinya rekrutmen dengan program tersebut bakal memberikan perlakuan berbeda terhadap karyawan tunanetra. Hal itu, lanjut Aria, sudah terlihat dari kurang konsistennya perusahaan terkait kesepakatan nominal upah.

Dari laporan yang diterima Pertuni, selisih antara nominal upah pada kontrak kerja bisa lebih rendah hingga lebih dari Rp1 juta daripada yang dijanjikan saat wawancara kerja.

“Di kontrak itu juga disebutkan bahwa perusahaan tidak bertanggung jawab atas janji-janji lisan yang telah disampaikan sebelumnya. Diperlakukan beda, bisa nanti tidak dibangun karier. Kan kalau orang sedekah kan ya sudah, yang penting upahnya memenuhi upah standar minimum misalnya,” beber Aria.

Ia menekankan, padahal penyandang tunanetra walaupun memiliki keterbatasan tetap bisa melakukan tugas-tugasnya dengan baik ketika nanti bekerja.

“Pekerjaan yang membutuhkan kemampuan berpikir, berkomunikasi, menulis, itu semua tunanetra bisa kerjakan, di admin, di perencanaan, pengembangan sumber daya manusia itu bisa,” tandasnya.

Sebelumnya, Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial (Kemensos) Margowiyono sempat mengakui kalau swasta memang belum bisa maksimal dalam mengakomodasi disabilitas untuk bisa bekerja.

“Kendalanya komunikasi, dalam arti jangan hanya sekadar mengakomodasi 1% (porsi untuk disabilitas) Tapi implementasinya nol. Banyak yang begitu, swasta inikan perlu dikejar,” ucap Margo kepada Validnews beberapa waktu lalu.

Ia menyebut, kerap kali badan usaha memang lekat dengan orientasi bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Tak ayal, penyandang disabilitas dianggap sebelah mata dalam proses rekrutmen lantaran dianggap kurang bisa produktif. (Shanies Tri Pinasthi)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar