12 Agustus 2020
10:05 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Penyebab munculnya limbah tumpahan minyak mentah atau tarbal di pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta belum diketahui penyebabnya. Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu masih menelusurinya.
"Belum diketahui pasti penyebab tumpahan minyak mentah tersebut, saat ini sedang dilakukan penelitian bersama pihak PT Pertamina Hulu Energi (PHE)," kata Kepala Bagian Perekonomian dan Pembangunan, Endro seperti dilansir Antara di Jakarta, Selasa (11/8) malam.
Endro menyatakan, pihak PHE sejauh ini sudah melakukan penelitian. Belum diketahui secara pasti, apakah pencemaran tersebut disebabkan oleh kebocoran sumur pengeboran baik dari PHE OSES atau ONWJ. Pihak Pertamina sendiri menyatakan, mereka juga belum menerima laporan tentang kebocoran.
Ia melanjutkan, berbagai kemungkinan bisa terjadi. Di antaranya karena kelalaian kapal pengangkut minyak atau kapal-kapal yang nakal yang melakukan pencucian tangki di tengah laut. Asal tahu saja, mencuci tangki di dermaga menghabiskan biaya lebih besar.
Kemungkinan lainnya, adanya angin timur. Hal ini mengakibatkan limbah minyak akibat kebocoran pengeboran beberapa waktu lalu yang sudah menggumpal dan tenggelam di laut, kembali lagi ke pesisir pantai.
"Sedang diupayakan dua hari ke depan sudah selesai pembersihan," ujar Endro.
Endro menyatakan, saat ini belum ada laporan dari pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu yang terdampak tumpahan minyak tersebut.
Kendala Pembersihan
Sementara itu, Lurah Pulau Pari Mahtum mengatakan, pembersihan limbah itu dilakukan puluhan Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dari kelurahan. Kegiatan tersebut dilakukan bersama petugas Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) dari Suku Dinas Lingkungan Hidup dibantu masyarakat setempat.
Limbah yang dikumpulkan itu dimasukkan ke kantong plastik dengan kapasitas isi sekitar lima kilogram per kantong. Petugas gabungan bersama masyarakat Pulau Pari sudah telah mengumpulkan sebanyak 280 kantong limbah.
"Belum selesai, akan dilanjutkan besok (Rabu, red)," kata Mahtum.
Kurangnya jumlah tenaga dan kantong plastik turut memperlambat pembersihan limbah. Selain itu, pada siang hari, saat terik matahari, limbah minyak yang mencair, membuat proses pembersihan kurang efektif.
Mahtum mengatakan, tumpahan minyak mentah tersebut mengotori sepanjang pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari. Dari sisi timur dermaga utama sampai ujung timur tepatnya di area wisata Pantai Bintang.
Limbah minyak itu kemungkinan besar juga berimbas di pulau-pulau terdekat seperti Pulau Tikus, dikarenakan masih banyak limbah berada di laut dan terbawa arus.
Sekitar Agustus 2019, sebanyak tujuh pulau di Kepulauan Seribu tercemar akibat tumpahan minyak mentah dari pengeboran di Pantai Utara Jawa, Karawang, Jawa Barat. Tujuh pulau itu, yakni Pulau Untung Jawa, Pulau Bidadari, Pulau Ayer, Pulau Rambut, Pulau Bokor, Pulau Damar dan Pulau Lancang.
Mahtum menjelaskan sekitar pukul 06.00 WIB, tumpahan minyak itu mulai terlihat di sepanjang pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari. Ia menyatakan, pencemaran limbah itu hampir sama dengan kasus pada akhir tahun 2019.
Saat itu beberapa pulau di Kepulauan Seribu terdampak tumpahan minyak mentah dari pengeboran di Perairan Utara Karawang. "Akhir tahun lalu, Pulau Pari dan Pulau Lancang juga kena tumpahan minyak," tandasnya. (Faisal Rachman)