17 Oktober 2018
12:49 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
PALU – Pascagempa disertai tsunami dan likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan kebutuhan 18 ribu tenda untuk memenuhi kebutuhan penanganan pengungsi.
"Tidak semua pengungsi memakai tenda besar, tapi tenda keluarga. Bila dihitung kalau jumlah pengungsi sekitar 70 ribuan dibagi empat setiap kepala keluarga, jadi sekitar 18 ribuan," kata Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Bernardus Wisnu Widjaja di Palu, sebagaimana diberitakan Antara, Rabu (17/10).
Sampai saat ini, telah mengalir bantuan-bantuan tenda dari beberapa lembaga kemanusiaan atau non-governmental organization (NGO), dan institusi terkait yang membantu korban pasca-bencana di Sulteng.
"Saat ini sudah terkumpul 5.000 tenda dan Palang Merah Indonesia menyiapkan 1.300 tenda. Ternyata, NGO juga punya kekuatan, tadi disampaikan ada tambahan tenda," ujarnya lagi usai pertemuan dengan NGO di Pos Pendamping Nasional (Pospenas).
"Nanti kalau masih kurang kita mendukung yang lain atau gap-nya mau berapa tenda atau dicarikan dari bantuan internasional. Kalau masih kurang lagi kita siapkan dana," tambah Wisnu.
Selain tenda pengungsian, adapun kebutuhan tenda sekolah sebagai tempat belajar mengajar siswa diperlukan 800 unit yang disebar di tiga daerah yang terdampak gempa disertai tsunami dan likuifaksi.
Sebelumnya, lembaga kemanusiaan UNICEF telah mengirimkan tenda 200 unit untuk digunakan sebagai tempat sekolah sementara, mengingat proses belajar mengajar siswa yang terdampak gempa di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala terganggu. (Fajar Setyadi)