28 November 2018
19:37 WIB
PAMEKASAN - Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan, Jawa Timur Ali Maksum Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan, Jawa Timur Ali Maksum mengungkapkan pengidap HIV/AIDS di wilayahnya pada tahun 2018 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
"Hingga Oktober 2018 ini, pengidap HIV/AIDS di Pamekasan ini terdata sebanyak 74 orang, sedangkan pada 2017 sebanyak 67 orang," katanya di Pamekasan, sebagaimana dilansir Antara, Rabu, (28/11).
Ali menjelaskan hasil deteksi pengidap HIV/AIDS yang dilakukan petugas medis di Pamekasan selama ini jika dibandingkan tahun 2017, pada tahun ini menjadi lebih banyak karena bertambah tujuh orang.
Ia mengatakan jumlah warga Pamekasan yang pengidap HIV/AIDS itu diketahui dari hasil pemeriksaan medis yang difasilitasi oleh Dinkes Pamekasan. Menurutnya tidak menutup kemungkinan masih ada penderita penyakit yang belum diketahui, karena jumlah warga yang diketahui positif HIV/AIDS hanya bagi warga yang melakukan pemeriksaan saja.
Dijelaskan oleh Ali bahwa HIV secara drastis dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Hal itu menyebabkan penyakit, bakteri, virus, dan infeksi lainnya memungkinkan menyerang tubuh pengidapnya.
Jenis virus tersebut berbeda dengan jenis lainnya, karena tubuh yang terserang virus ini akan tetap selamanya berada dalam tubuh pengidapnya.
Sedangkan AIDS merupakan kondisi yang paling parah dari penyakit HIV. Penyakit itu ditandai dengan munculnya penyakit lain, seperti kanker dan berbagai infeksi, yang mana hal tersebut muncul bersamaan dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh seseorang.
Maskum memaparkan ada beberapa faktor pendorong penularan penyakit tersebut, diantaranya yakni akibat perilaku menyimpang seperti homoseksual, gonta-ganti pasangan, pengguna narkoba melalui jarum suntik yang menggunakan jarum suntik bekas orang lain pengidap HIV/AIDS.
Pemerintah, dikatakan Ali telah menyediakan obat gratis bagi warga yang positif mengidap HIV/AIDS, dengan obat antiretroviral (ARV). Meski obat ARV bisa meringankan penderitanya, namun belum bisa memberantas penyakit tersebut.
Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi rutin dan disiplin, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia hidup pengidap. Terapi ARV secara teratur sangat penting dilakukan, karena akan menekan jumlah virus HIV yang ada di tubuh sekaligus menjaga kekebalan tubuh.
Maskum mengatakan minum obat ARV bagi penderita HIV akan mencegah penularan pada orang lain, mencegah munculnya gejala AIDS, menjaga produktivitas dan meningkatkan kualitas hidup. Maskun mengungkapkan jika dahulu tidak semua ODHA bisa memulai terapi ARV.
Hanya ODHA dengan persyaratan klinis tertentu yang dapat melakukan. Akan tetapi kini dengan perkembangan penelitian klinis yang dilakukan pada ARV, para ODHA memungkinkan untuk segera memulai terapi seawall mungkin tanpa perlu khawatir dengan kondisi klinis mereka.
"Ini dikarenakan bukti penelitian menunjukkan ARV memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan dan ketahanan hidup pasien," katanya.
Angka kasus HIV di Indonesia sejak tahun 2015-2017 cenderung fluktuatif. Hal itu sebagaimana laporan dari Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pada tahun 2015, kasus HIV di Indonesia yakni 30.935 orang.
Lalu pada tahun 2016, jumlahnya mengalami peningkatan menjadi 41.250 orang, dan mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 33.660 orang. Jawa Timur pada tahun 2017 menjadi provinsi dengan pengidap HIV terbanyak yakni mencapai 5.263 orang. Kemudian disusul dengan DKI Jakarta 4.671 orang dan Jawa Barat 4.208 orang. (Dana Pratiwi)