08 Oktober 2020
16:30 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Pewaris Hilton Worldwide Holdings Inc, Paris Hilton mengungkap masa lalunya yang kelam lewat film dokumenter bertajuk “The Real Story of Paris Hilton”. Disiarkan di platform YouTube sejak tiga pekan lalu, Paris Hilton mengungkap dirinya pernah mengalami kekerasan mental dan fisik saat bersekolah di asrama Provo Canyon School, Utah, Amerika Serikat.
Dikutip dari Antara, Kamis (8/10), dalam film dokumenter tersebut diceritakan Paris mengalami masa-masa sulit saat remaja. Dianggap tidak mudah diatur, Paris dijebloskan ke sekolah asrama yang terkenal mengurus anak-anak ‘nakal’. Ternyata di asrama, Paris mengaku ditempatkan di sel isolasi berjam-jam dan dipaksa meminum obat yang tidak diketahui untuk apa.
Paris Hilton dikenal sebagai bintak reality show. Ia juga aktif berbisnis seperti layaknya keluarga Hilton lain. Perempuan yang dikenal lewat acara televisi ‘Simple Life’ bertahun-tahun lalu itu, kini sedang mengusahakan agar Provo Canyon School ditutup.
"Saya dapat banyak surat dari orang-orang yang menulis, ‘Terima kasih banyak’," kata Paris Hilton (39), yang tidak bicara kepada orangtuanya selama 20 tahun karena mengirimnya ke Provo Canyon School.
Kendati begitu, Reuters tidak bisa mengonfirmasi klaim tersebut. Paris mengatakan dia dikirim ke Provo dan beberapa sekolah lain untuk remaja bermasalah setelah beberapa tahun memberontak. Merespons tuduhan Paris Hilton, Provo Canyon School mengirim pernyataan tertulis.
"Kami menyadari media yang menyebut Provo Canyon School. Mohon dicatat PCS dijual oleh pemilik sebelumnya pada Agustus 2000. Maka kami tidak bisa berkomentar mengenai pengelolaan atau pengalaman pasien sebelum itu," kata pihak PCS.
Selain itu, pihak PCS juga mengatakan, perawatan kesehatan mental untuk murid telah berkembang dari landasan berbasis perilaku menjadi pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan informasi mengenai trauma yang diketahui.
"Kami bekerja dengan individu rumit yang sering menimbulkan bahaya untuk dirinya dan orang lain. Provo Canyon School berkomitmen untuk keselamatan pasien dan staf kami," ucap pihak PCS.
Dokumenter itu utamanya menyoroti status Hilton sebagai pengusaha dan meluruskan pandangan orang-orang yang salah mengenainya. Selama syuting, Paris mulai membuka diri kepada sutradara.
Meski dia awalnya tidak mau ada isu kekerasan dalam dokumenter itu, sutradara terus mendorongnya untuk bicara. "Dan saya sadar bahwa ini bisa menolong banyak orang dan membuat orang lain berdaya," ujar Paris.
Untuk membuat perbedaan, Paris Hilton menggunakan suara aslinya dalam dokumenter, bukan suara melengking palsu yang membuatnya terkenal. Dirinya mengaku sudah lelah berpura-pura.
"Melelahkan untuk berpura-pura, seakan kau tak punya otak dan tak tahu apa yang terjadi. Saya sudah melakukannya terlalu lama. Saya bukannya perempuan pirang yang dungu. Saya hanya pintar berpura-pura," katanya.
Hingga hari ini, film dokumenter Paris Hilton telah ditonton oleh 14,9 juta kali. Laman dokumenter tersebut dipenuhi 51.000 lebih komentar sejak 14 September 2020. (Yanurisa Ananta)