27 Juli 2019
08:00 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
PARIAMAN – Alat pendeteksi tsunami yang menjadi acuan masyarakat untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana tsunami banyak yang hilang, dan rusak. Tidak berfungsinya alat ini menjadi ancaman besar bagi warga di sekitarnya saat bencana tiba.
Seperti catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pariaman, Sumatera Barat, terhadap tiga baterai sirene peringatan dini tsunami di daerah itu hilang selama periode Januari-Juni 2019. Padahal sirene ini berfungsi memberitahukan kepada warga jika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi potensi tsunami.
"Ketiga baterai itu sudah kami ganti dengan yang baru sehingga sudah berfungsi kembali," kata Sekretaris BPBD Kota Pariaman Yunaidi di Pariaman, dikutip Antara, Jumat (26/7).
Yuniadi mengatakan, pihak BPBD setempat telah berupaya agar baterai tersebut tidak hilang. salah satunya dengan menitipkan kepada warga yang ada di lokasi, namun tetap saja dicuri. Padahal, lanjutnya, baterai itu dibutuhkan untuk daya sirene guna memberitahukan warga bahwa pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mendeteksi potensi tsunami.
"Dengan alat ini warga bisa mengetahuinya dan segera menyelamatkan diri ke zona hijau atau tempat yang tinggi," katanya. Pariaman memiliki 19 sirene peringatan dini tsunami yang terdapat di setiap desa yang berada di pesisir Pantai Pariaman.
"Sirene itu kami titipkan di rumah sekolah, musala, dan sejumlah lokasi lainnya," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Rahmat Triyono, meminta masyarakat untuk memahami tingkatan kebencanaan peringatan tsunami.
"Ada tiga tingkatan peringatan tsunami yaitu waspada, siaga, dan awas," kata dia pada Sekolah Lapang Geofisika di Pariaman, Rabu (19/6).
Ia menyampaikan masyarakat dapat meminimalkan potensi dampak tsunami dengan segera menjauhi pantai apabila gempa kuat terjadi. Sambil menjauhi pantai, lanjutnya masyarakat diminta untuk mencari informasi terkait pusat dan kekuatan gempa serta potensi tsunami.
"Jadi jangan tunggu BMKG keluarkan peringatan atau sirene berbunyi karena memakan waktu," ujarnya.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta agar pengamanan sejumlah peralatan pendeteksi tsunami, termasuk pelampung tsunami, menjadi seperti objek vital nasional.
Harus Diamankan
Kepala BNPB Doni Munardo mengatakan keberadaan peralatan tsunami ini perlu diamankan. "Harus diamankan oleh unsur TNI. Karena kalau alat ini tidak berfungsi, maka mata dan telinga masyarakat yang ada di kawasan pesisir pantai itu tidak mendapatkan informasi," kata Doni Munardo usai rapat terbatas bertopik peningkatan kesiagaan menghadapi bencana di Kantor Presiden, Jakarta dikutip Antara.
Menurut Doni, potensi jumlah korban akibat bencana tsunami dapat lebih banyak jika alat pendeteksi itu rusak. Doni menjelaskan saat ini banyak terdapat alat pendeteksi gelombang tsunami yang tidak berfungsi karena terdapat bagian-bagian yang hilang ataupun rusak.
BNPB juga akan berkoordinasi dengan BPPT untuk mendata alat deteksi tsunami yang rusak. Doni mengusulkan pemasangan beberapa alat pendeteksi tsunami di beberapa tempat berdasarkan data dari pakar geologi dan vulkanik.
Kepala BNPB juga mengungkap temuan pakar geologi dan kegempaan yang menjelaskan terdapat dua wilayah yang rawan terjadi tsunami jika terjadi gempa bumi akibat pergeseran lempeng ataupun peristiwa vulkanik. Daerah tersebut, yakni pantai selatan Pulau Jawa hingga ke Selat Sunda, dan kawasan pantai barat Pulau Sumatra. (Syahrul Munir)