29 Agustus 2018
18:54 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Ahmad Basarah menilai generasi milenial dihadapkan pada tantangan yang semakin berat. Bukan hanya narkoba sebagai salah satu modus liberalisme, tetapi juga perkembangan radikalisme.
Pada kuliah umum yang diberikannya terhadap mahasiswa Universitas Pancasakti di Tegal, Jawa Tengah, Selasa (28/8), Basarah menekankan generasi muda untuk memagari diri sehingga tidak terpengaruh tantangan tersebut.
Sepenuturan Basarah, Pancasila selaku dasar negara merupakan benteng yang paling kuat untuk menjaga diri dari tarik menarik liberalisme dan radikalisme.
Siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (29/8) memaparkan bahwa Basarah dalam kuliah umum bertema “Penguatan Ideologi Pancasila di Kalangan Mahasiswa dan Civitas Akademika Universitas Pancasakti” menilai sosialisasi dan pembudayaan nilai-nilai ideologi Pancasila sangat penting dilakukan.
“Di samping itu, generasi milenial harus waspada dan bijak dalam menggunakan media sosial sebab penyebaran paham-paham radikalisme dan gaya hidup bebas saat ini menyebar luas melalui jejaring media sosial. Dan dalam hal ini, generasi milenial mudah sekali terpapar paham tersebut,” ungkap Basarah seperti dilansir Antara, Rabu (29/8).
Radikalisme menurut Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini merupakan ideologi yang sangat mudah merasuki generasi milineal, apalagi mereka yang cetek pengetahuan agamanya. Penyebaran paham ini umumnya menggunakan strategi cuci otak dan indoktrinasi dan cukup ampuh karena menyasar institusi-institusi strategis.
Catatan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan tujuh perguruan tinggi ternama di Indonesia telah terpapar radikalisme, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB). Melihat radikalisme sudah menyusup di kalangan pendidikan tinggi, Basarah berpendapat bahwa upaya sistematis untuk menahan perkembangannya harus segera dipikirkan.
“Upaya konkret yang bisa dilakukan adalah dengan membangun kontranarasi dan memberikan pemahaman keagamaan yang tepat dan moderat melalui berbagai media sosialisasi dan pengajaran di setiap kampus. Hal lain yang juga penting untuk dilakukan adalah dengan menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila yang bersifat membumi,” pungkas Basarah.
Penanganan radikalisme ini tentunya harus beriringin dengan musuh generasi milenial lainnya, yaitu narkoba. Hasil survei nasional yang dikeluarkan Badan Nasional Narkotika (BNN) dan Pusat Penelitian Kesehatan UI pada 2017 lalu menunjukkan dari 34 provinsi kelompok pelajar berada di urutan kedua, yaitu mencapai 24%. Sementara, di urutan pertama ada pekerja dengan persentase 59%.
Adapun 72% pengguna merupakan laki-laki dan jenis narkoba yang paling banyak dikonsumsi adalah ganja. Yang lebih memprihatinkan adalah bahwa Indonesia menjadi salah satu pasar penyebaran narkoba. Pada Februari 2018 lalu misalnya, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AU) menangkap 1 ton sabu-sabu dari MV Sunrise Glori di perairan Batam, Kepulauan Riau.
Akibat penyalahgunaan narkoba, setidaknya 11.071 pengguna per tahun mengalami kematian. Atas dasar kondisi ini, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia dalam keadaan darurat narkoba dan tengah mencanangkan perang terhadap narkoba.
“Jadi yang diserang adalah generasi milenialnya. Narkoba adalah salah satu cara ampuh untuk menghancurkan bangsa melalui perusakan mental dan karakter generasi milenialnya. Karena itulah, peredaran narkoba di Indonesia harus diberantas dan generasi milenial harus diselamatkan masa depannya,” pungkas Basarah. (Elisabet Hasibuan)