13 September 2018
15:21 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
TIMIKA – Penyebaran mikrofilaria (cacing filaria) di Mimika yang sudah lebih dari 1% membuat daerah ini masuk dalam kategori daerah endemis filariasis (penyakit kaki gajah). Penentuan suatu daerah masuk kategori endemis filariasis ini sesuai dengan ketetapan badan kesehatan dunia atau WHO.
Sehubungan dengan merebaknya penyakit filariasis di Papua itu, Dinkes Papua telah mendistribusikan obat ke daerah-daerah, terutama daerah yang masuk kategori endemis untuk melakukan program minum obat secara massal guna menghindari dari penularan penyakit filariasis.
Program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) penyakit filariasis atau kaki gajah kepada seluruh masyarakat. Pencanangan POPM penyakit filariasis ini telah mulai dilaksanakan pada Rabu (12/9) bertempat di Distrik Iwaka, Mimika.
"Kalau ada temuan satu kasus filariasis saja, maka konsekuensinya semua penduduk di satu kabupaten itu harus minum obat," kata Kepala Seksi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Papua Yamamoto Sasarari di Timika, seperti dilansir Antara, Kamis (13/9).
Sesuai penelitian yang dilakukan Kementerian Kesehatan, Provinsi Papua menduduki peringkat tertinggi angka mikrofilaria. Kepala Dinkes Mimika Alfred Douw mengatakan pada 2007 ditemukan lebih dari 10 kasus filariasis di Mimika. Sedangkan tahun 2017 ditemukan tiga warga Mimika positif tertular penyakit filariasis.
Untuk itu, guna mencapai eliminasi filariasis pada 2020 maka diharapkan semua kabupaten/kota endemik di Provinsi Papua wajib melaksanakan pemberian obat pencegahan massal filariasis. Tercatat dari 29 kabupaten/kota di Papua, terdapat lima kabupaten yang telah berhasil mengeliminasi filariasis yaitu Merauke, Mappi, Boven Digul, Supiori dan Mimika.
"Peran aktif seluruh komponen dari lintas sektoral serta lembaga donor sangat kami harapkan untuk mengeliminasi kasus filariasis ini," ajak Alfred.
Pemerintah Indonesia memang bertekad mewujudkan Indonesia bebas Kaki Gajah Tahun 2020. Untuk itu, program Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Belkaga) dilakukan sejak tahun 2015. Semenjak itu, setiap bulan Oktober setiap pendudukan kabupaten/kota endemis kaki gajah wajib meminum obat pencegahan secara serentak selama 5 tahun.
Sebagai Informasi tambahan filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui perantaraan nyamuk sebagai vektornya. Cacing itu hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.
Gejala akut dapat berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal paha dan ketiak, tapi dapat pula di daerah lain. Sedangkan gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel.
Apabila tidak mendapatkan pengobatan penyakit yang bersifat menahun ini dapat menimbulkan cacat menetap seumur hidup. Cacat yang ditimbulkan dapat berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin bagi perempuan maupun laki-laki.
Selain berdampak secara fisik, penyakit ini juga memberikan dampak psikologis bagi penderita bahkan keluarganya. Sebab penyakit ini mengakibatkan penderitanya tidak dapat bekerja secara optimal. Bahkan tak jarang penderita harus bergantung kepada orang lain. (Bernadette Aderi)